SOLOPOS.COM - Master teh dari Jepang, Soren M Chr Bisgaard (kiri), menyajikan Matcha Tea kepada pengunjung di Omah Sinten Solo, Minggu (14/10/2012).Acara tersebut diselenggarakan dalam rangka launching Solo Tea Society dengan menghadirkan master teh Hongkong dan Jepang. (Foto: JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)

Master teh dari Jepang, Soren M Chr Bisgaard (kiri), menyajikan Matcha Tea kepada pengunjung di Omah Sinten Solo, Minggu (14/10/2012).Acara tersebut diselenggarakan dalam rangka launching Solo Tea Society dengan menghadirkan master teh Hongkong dan Jepang. (Foto: JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)

SOLO–Soren M Chr Bisgaard menyiapkan setiap detail peralatan menyeduh teh dengan hati-hati. Proses menyeduh teh dilakukan master teh dari Jepang itu dengan penuh penghayatan. Ia memperlakukan teh layaknya barang berharga.

Promosi UMKM Binaan BRI Ini Jadi Kuliner Rekomendasi bagi Pemudik di Pekalongan

Meski berasal dari Denmark, Soren yang pagi itu mengenakan pakaian kimono memahami betul filosofi teh. Ia menganggap teh tak hanya minuman penghilang rasa dahaga. Tata cara penyajian teh sebagai minuman yang ia anggap sebagai budaya yang adiluhur sehingga perlu dilestarikan.

Setelah air mendidih, Soren mengambil air dari dalam bejana kecil di atas kompor dengan gayung kecil yang terbuat dari bambu. Tak perlu waktu lama bagi Soren untuk menyajikan the hijau yang berbentuk serbuk itu.

“Rasanya lebih ringan (light) jika dibandingkan the yang biasa disajikan di Solo. Aroma wanginya juga kentara,” ujar Sumartono Hadinoto seusai mencicipi ramuan teh Matcha di Omah Sinten Heritage Hotel and Resto, Minggu (14/10/2012).

Penyajian teh Matcha memang berbeda dengan teh di Indonesia yang rata-rata disajikan dengan gula. Sebelum meneguk teh, istri Soren yang juga mengenakan kimono membagikan Okashi atau bulatan-bulatan kecil pemanis yang berbentuk seperti kue kepada tamu-tamu yang berasal dari Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Solo dan tokoh masyarakat Solo itu.

“Teh hijau yang disajikan tadi rasanya tawar. Rasa manis tercipta dari okashi yang dikunyah di mulut,” lanjut Sumartono.

Soren mengatakan bahwa dengan menambahkan gula sebagai campuran pemanis dalam teh dapat berdampak negatif bagi tubuh. Pasalnya, gula dapat menyebabkan kecanduan.

 

Di sudut lain, master the dari Hongkong, Wingchi juga menyajikan Taiwanese Oolong Tea kepada para tamu. Wakil Ketua Kadin Solo, Wahyu Haryanto, mengaku rasa Oolong Tea lebih pekat daripada teh Matcha.

Penyajian teh ala Jepang dan China itu merupakan rangkaian kegiatan dalam lauching Solo Tea Society. Melalui wadah Solo Tea Society ini diharapkan budaya mengonsumsi the dengan benar dan bermanfaat bagi kesehatan dapat disampaikan ke seluruh masyarakat. “Selama ini teh sudah menjadi bagian hidup masyarakat Indonesia. Tetapi penyajiannya masih salah karena tidak membuat tubuh lebih sehat,” ujar penggagas Solo Tea Society, Slamet Raharjo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya