SOLOPOS.COM - Espos/Adib Muttaqin Asfar

Espos/Adib Muttaqin Asfar JADI GURU-Para mahasiswa dari BEM Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS sedang mengajar anak-anak di Masjid Al-Ikhlas, Ngaglik, Mojosongo, Jebres, Minggu (8/4) lalu.

Kesunyian kampung Ngaglik Wonowoso, Mojosongo, Solo, Minggu (8/4) siang, pecah oleh riuhnya suara anak-anak di emper masjid. Dari tangan mereka muncullah bentuk lollipop, patung hewan sampai kepala tokoh pahlawan kartun berwarna-warni.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Mereka tidak membuat benda-benda itu dari malam atau plastisin, tapi dari campuran tepung terigu dan beras yang diberi warna. Ini bukan permainan biasa. “Ini permainan untuk melatih bekerja sama,” ujar Bungsu Ratih Puspitorini, mahasiswi semester VI Jurusan Sastra Jawa UNS yang mendampingi anak-anak siang itu.

Permainan ini sederhana dan murah, namun jarang ada yang mengajarkannya di sekolah-sekolah. Setiap Minggu, anak-anak ini selalu diperkenalkan dengan hal-hal baru yang bernilai. Mereka pernah membuat poster, menara dari sedotan, celengan dari botol bekas, sampai membuat kartu ucapan selamat hari ibu untuk sang ibu.

Ekspedisi Mudik 2024

Setiap Minggu siang, Ratih dan rekan-rekannya dari BEM Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS menyempatkan diri datang dan mendampingi anak-anak ini belajar. Sekilas permainan ini mirip dengan pelajaran keterampilan di SD, namun para mahasiswa ini membuatnya lebih bernilai. Misalnya untuk mengajak anak-anak menabung, mereka merangsangnya dengan melatih membuat celengan. “Jadi mereka mau nabung, tapi celengannya mereka buat sendiri,” kata Bungsu.

Begitulah cara para mahasiswa ini mewujudkan pengabdian masyarakat mereka. Mereka tidak menyumbang sembako atau barang, melainkan waktu untuk mengajar anak-anak. Setiap Minggu, ada 10 mahasiswa yang rutin mengajar anak-anak di emper masjid ini mulai pukul 13.30 WIB hingga pukul 15.00 WIB. Semuanya dilakukan tanpa ada sedikitpun fee, honor atau uang lelah.

Program ini sebenarnya sudah berlangsung selama satu tahun. Dimulai sejak 24 April 2011, program bernama Sekolah Kampung Bhakti Saseru (SKBS) ini memang masih fokus pada anak-anak di RT 5/RW 12 kampung itu. Mereka mengumpulkan anak-anak usia kelas I hingga kelas VI SD di emper Masjid Al-Ikhlas untuk belajar dan bermain.

“Di sini kami memang tidak mengajarkan pelajaran sekolah. Kami lebih banyak memberikan leadership training,” terang mahasiswi asal Pati ini.

Espos/Adib Muttaqin Asfar

Tentu saja leadership training yang dimaksud bukan seperti training serupa untuk orang dewasa. Para mahasiswa ini punya cara unik untuk menanamkan berbagai nilai, mengajak anak-anak bercerita tentang cita-cita mereka, membuat mainan sendiri, membuat poster sampai memperkenalkan profesi baru. Sekali waktu, anak-anak ini juga diajak keluar untuk outbond di lapangan Mojosongo atau di kampus UNS.

Para orang tua setempat sebenarnya menyambut kehadiran program ini dengan antusias. Saking antusiasnya, mereka bahkan meminta para mahasiswa ini untuk memberikan bimbingan belajar pada anak-anak. Dalam praktiknya, mereka membawa buku pelajaran setiap Minggu siang, tapi kebanyakan malah enggan untuk mempelajari kembali pelajaran sekolah.

“Jadi kasih sesuatu by need saja, kebutuhan mereka memang seperti ini,” kata Muhammad Sidiq, pengurus karangtaruna setempat yang juga mahasiswa Sastra Sejarah UNS.

Sidiq pula yang memasukkan program mahasiswa ini ke kampungnya. Di kampungnya, dia sering diminta untuk membuat program untuk anak-anak dan kebetulan rekan-rekannya di BEM FSSR punya program serupa. “Dulu sempat cari tempat untuk program ini, maka saya tarik saja teman-teman ke sini,” ujar mahasiswa yang juga Wakil Presiden BEM FSSR ini.

 

Semua Bisa Mengajar

Anak-anak itu beruntung punya pendamping belajar. Tak terlalu jauh dari kampung itu, anak-anak yang lain juga mendapat keberuntungan yang sama. Di Kampung Sanggrahan, Jebres, anak-anak usia SD mendapatkan bimbingan serupa. Di sini, sang pengajar juga sama-sama dari Kampus UNS.

“Ada 54 pengajar di sini. Kami mengajari mereka semua mata pelajaran, termasuk persiapan UASBN bagi anak-anak kelas VI,” kata Latho Muhammad, mahasiswa Ilmu Hukum UNS yang juga Kepala Divisi Pengabdian Masyarakat BEM UNS, Sabtu (7/4) lalu.

Meskipun banyak yang bukan dari FKIP, para mahasiswa ini merasa tertantang untuk bisa mengajar anak-anak. Karena itulah mereka rela mempersiapkan materi belajar dan silabus SD layaknya para guru di sekolah. Menghadapi anak-anak pun mereka menemukan tantangan tersendiri. “Semula kami ingin menuntut mereka belajar, ternyata itu susah. Akhirnya kami memberikan sesuai dengan keinginan mereka,” terang Latho.

Dua kali dalam sepekan, yaitu Selasa dan Kamis, mereka mengajar anak-anak ini di gedung milik SDN Sanggrahan. Kegiatan belajar berlangsung pada sore hari, mulai dari pukul 15.30 WIB hingga pukul 17.00 WIB. Meskipun di lingkungan sekolah, kegiatan belajar sangat berbeda dengan sekolah formal di pagi hari. Di sekolah, anak-anak ini dibatasi oleh waktu dan aturan para guru. Sedangkan di sini anak-anak bisa belajar tentang apa saja yang dibutuhkan bersama orang-orang yang mau mengerti keinginan mereka.

Sebenarnya bukan kali ini saja para aktivis BEM UNS memiliki aktivitas serupa. Sebelum masuk ke kampung Sanggrahan, mereka telah membimbing anak-anak usia SD di Serengan selama empat tahun. Mereka memusatkan kegiatan mengajar di SDN Pringgolayan tiap Selasa malam dan Jumat malam. Mereka menyebut ini dengan Serengan Studi Club (SSC).

“Dulu ada kerjasama dengan warga setempat untuk mengajar anak-anak. Di sana anak-anak kurang belajar dan kami mengisi waktu selama jam wajib belajar.”

Begitulah para mahasiswa ini rela menyempatkan diri datang ke Pringgolayan pada malam hari secara sukarela tanpa ada imbalan materi. Empat tahun kemudian mereka meninggalkan kampung itu dengan banyak prestasi bagi kampung setempat. Mereka pun pindah ke Sanggrahan, kampung yang tak jauh dari lingkungan para mahasiswa UNS. “Untuk apa jauh-jauh, lebih baik membina masyarakat di sekitar kampus dulu.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya