SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, JAKARTA — Menteri Pertahanan, Jenderal TNI (Purnawirawan) Ryamizard Ryacudu, mengaku sedih melihat sikap sejumlah purnawirawan TNI yang diduga makar karena mereka telah mengabdi kepada bangsa dan negara sejak lama. Beberapa purnawirawan jenderal TNI AD belakangan ini tengah berurusan dengan hukum pasca-Pemilu 2019.

“Terus terang saja, di sana yang diperiksa-periksa itu kan banyak purnawirawan. Itu senior saya. Ada adik-adik angkatan saya. Sebagai sama-sama purnawirawan, sebetulnya saya, apa tidak baik. Ini tidak boleh terjadi begitu. Kenapa bisa begitu. Jadi jangan menghilangkan image,” kata pensiunan jenderal bintang empat itu di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Kamis (30/5/2019).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ryamizard mengatakan seharusnya mereka tidak menghilangkan citra baik yang mereka miliki dengan keterlibatan dalam aksi-aksi tak sepantasnya. Menurut dia, pengabdian kepada bangsa dan negara selama berpuluh-puluh tahun tak sepatutnya dicoreng.

“Teman-teman kita gugur baik di Aceh, Papua, terutama di Timtim. Nah ini sisa-sisa yang belum gugur ini kenapa jadi begitu? Nah ini saya kalau dikatakan sedih, sedih saya,” kata Ryamizard yang merupakan tentara karier TNI AD dan menghabiskan lebih separuh kariernya di lapangan penugasan.

Mantan Kepala Staf TNI AD itu menuturkan sebagai Menteri Pertahanan dia selalu berpikir positif dan berdiri di atas semua pihak. Dia melihat ada ketidakpuasan dalam melihat hasil pemilu sebagai suatu hal yang biasa. Tapi, ketidakpuasan itu harus dicari jalan keluarnya melalui jalur-jalur yang sudah disediakan.

Dia menjelaskan pesta demokrasi sudah selesai dan semua pihak kembali ke kehidupan normal. Karena itu seharusnya sudah tidak ada lagi orang yang mengaku sebagai pendukung pasangan calon nomor urut 01 Joko Widodo-KH Ma’ruf Amin atau pendukung pasangan calon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

“Jika ada ketidakpuasan hasil pemilu, bisa gugat ke Bawaslu atau Mahkamah Konstitusi,” katanya.

“Sebetulnya ya, sudah salam-salaman ya. Namanya pesta kok, tapi terjadi ketidakpuasan, biasa saja. Kalau kurang puas kan ada tempat mengadu. Kurang puas kenapa? Ada yang curang di mana, curangnya apa, sampaikan. Khan ada KPU atau Bawaslu. Itu semuanya dipilih bersama kok, kesepakatan bersama, tandatangan bersama. Nah tinggal ketidakbenarannya di mana ditunjukkan data yang benar,” kata dia.

Dia berharap tidak ada lagi kerusuhan di kemudian hari hanya karena persoalan Pemilu 2019 karena yang rugi adalah masyarakat banyak.

“Saya mengajak semua pihak terutama yang tidak puas untuk tidak melakukan apa-apa, tidak melakukan kerusakan. Yang susah bukannya 01 atau 02, tapi rakyat kok. Rugi berapa miliar, ada yang mati. Ya sudahlah enggak usah lagi ditambah untuk [jumlah korban] meninggal itu,” ucapnya.

Saat ini mantan Komandan Kopassus TNI AD, Mayjen TNI (Purn) Soenarko dan mantan Kepala Staf Kostrad, Mayjen TNI (Purnawirawan) Kivlan Zen, ditetapkan sebagai tersangka atas kasus kepemilikan senjata dan makar. Soenarko ditetapkan sebagai tersangka kepemilikan senjata api dan Kivlan ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan makar dan hoaks serta kepemilikan senjata api ilegal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya