SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta–Penolakan Rancangan UU (RUU) Pekerja Rumah Tangga (PRT) oleh DPR memperoleh respon negatif masyarakat. 25 Aktivis perempuan berdemo di HI dan menyesalkan sikap DPR.

“Pembiaran praktek perbudakan oleh pemerintah dan DPR nyata-nyata dilakukan dengan tidak dibahasnya UU Perlindungan PRT. Sejatinya, RUU ini masuk program DPR tahun 2010,” kata salah satu pendemo, Omen di bundaran HI, Jl MH Thamrin, Jakarta, Minggu (13/6).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Mereka mendesak DPR mencabut keputusan tersebut dan tidak membiarkan eksploitasi pembantu yang telah mewabah. Menurut data para aktivis, kekerasan terhadap perempuan mencapai 54.425 kasus pada 2009, naik dua kali lipat dari tahun sebelumnya.

“PRT merupakan kelompok pekerja terbesar secara global yang harus dilindungi. Di Indonesia jumlahnya mencapai 4 juta orang,” imbuh Omen.

Dalam aksinya mereka membentangkan berbagai poster tuntutan seperti’PRT Juga Manusia, Lindungi dengan UU, Segera Bahas dan Sahkan RUU Perlindungan PRT dan Tubuh Perempuan Bukan Papan Iklan. Sejumlah peserta bergantian meneriakan yel-yel dan pidato untuk membakar massa.

Sementara itu, tidak ada pengamanan berarti untuk aksi ini. Petugas polisi hanya dari polisi pos Bundaran HI dan satuan lalu-lintas. Sejumlah polisi tanpa berseragam terus memantau dari jauh hingga demo ini berakhir.

dtc/ tiw

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya