SOLOPOS.COM - Para WBP Rutan Solo berlatih menjahit di ruang Bimbingan Kegiatan Rutan Solo belum lama ini. (Solopos.com/Ichsan Kholif Rahman)

Solopos.com, SOLO — Rumah Tahan (Rutan) Solo menerima pesanan kali pertama sebanyak 3.900 goodie bag hasil karya napi dari seorang pimpinan daerah asal Jawa Tengah. Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) atau napi (narapidana) pun memperoleh upah dari setiap suvenir yang mereka buat.

Kepala Rutan Solo, Urip Dharma Yoga, kepada wartawan, Rabu (18/8/2021), mengatakan upaya Rutan Solo dalam meningkatkan taraf kehidupan akhirnya bisa terwujud.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sebelumnya, proses launching produksi dalam penjara tertunda karena kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). “Sudah ada pesanan pembuatan goodie bag sebanyak 3.900. Dalam sehari, 50 WBP bisa menyelesaikan 800 goodie bag,” paparnya.

Baca Juga: Terus Menurun, Begini Kondisi BOR RS dan Kasus Covid-19 Kota Solo

Menurutnya, setiap goodie bag yang dibuat, para napi Rutan Solo memperoleh upah Rp2000. Hal itu membuat para narapidana bersemangat dalam bekerja.

Ia memastikan hasil produksi tetap berkualitas. Hal itu karena para narapidana telah memiliki sertifikasi menjahit. Selain itu, selayaknya pabrik garmen, tetap ada proses pengecekan kualitas. “Sangat terlihat semangat mereka dalam menyelesaikan pesanan pertama. Kami menunggu pesanan selanjutnya,” paparnya.

Baca Juga: CPNS Solo: Jumlah Pelamar Lolos Seleksi Administrasi Bertambah 111 Orang

Memproduksi Barang Kerajinan Lain

Ia menambahkan pesanan pertama ini telah selesai dibuat. Namun, para narapidana terpilih itu tetap diminta terus menjahit agar keterampilan mereka terus berkembang.

Para napi Rutan Solo itu diminta memproduksi bahan kerajinan lain yang bisa dijual ke pasaran. “Jangan hanya melihat pendapatan, tetapi sertifikat dan keterampilan bisa digunakan saat keluar dari penjara kelak,” paparnya.

Baca Juga: 72 Warga Terdampak Rel Layang Joglo Solo Keberatan Hasil Pendataan Lahan dan Bangunan

Sebelumnnya, puluhan napi atau WBP itu sudah dilatih oleh para tenaga ahli dari Balai Diklat Indonesia (BDI) Yogyakarta untuk mengoperasikan peralatan garmen. Pabrik garmen di dalam rutan itu menggunakan ruang bimbingan kegiatan.

Mekanisme pesanan garmen dari pihak ketiga bakal digarap para WBP Rutan Solo. Proses pengerjaan hingga pemasaran dilakukan dari Rutan Solo sedangkan peralatan seperti mesin jahit milik pihak ketiga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya