SOLOPOS.COM - ilustrasi (Dok/JIBI/Solopos)

Rusunawa Solo banyak diminati ratusan keluarga yang berminat menempatinya.

Solopos.com, SOLO – Ratusan keluarga golongan tidak mampu di Kota Solo antre sebagai calon penghuni rumah susun sederhana sewa (rusunawa). Tingginya minat warga menempati rusunawa, tak berbanding lurus dengan pembangunan rusunawa di Kota Bengawan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rumah Sewa Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Toto Jayanto menyebutkan ada 500-an keluarga lebih yang masuk daftar antrean calon penghuni rusunawa. Mereka adalah warga golongan tidak mampu dan belum memiliki tempat tinggal.

“Calon penghuni ini belum bisa kami tampung, karena keterbatasan jumlah satuan unit ruangan yang dibangun di satu rusunawa,” kata Toto ketika dijumpai wartawan di ruang kerjanya, Rabu (2/3/2016).

Toto mengatakan satu unit rusunawa misalnya, hanya mampu menampung 98 keluarga. Sedangkan jumlah rusunawa yang dibangun Pemkot sangat terbatas menyesuaikan kucuran bantuan anggaran dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR).

Selain itu keterbatasan lahan juga menjadi persoalan dalam merealisasikan rencana pembangunan rusunawa. Minimal, Toto mengatakan setahun Pemkot hanya mampu membangun satu unit rusunawa. Padahal jumlah warga yang antre mencapai ratusan orang.

“Peminatnya memang tinggi, tapi karena kami tak memiliki lahan ya akhirnya kebutuhan tak bisa tercukupi,” terangnya.

Toto tengah berkoordinasi dengan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) untuk memetakan aset tanah milik Pemkot yang bisa digunakan untuk membangun rusunawa. Setidaknya untuk membangun satu unit rusunawa dibutuhkan lahan seluas 3.500 meter persegi.

Beberapa aset tanah yang dilirik untuk membangun rusunawa di antaranya kawasan Pundung Gede, Kadipiro dinilai mampu membangun dua unit rusunawa disana. Selain itu bekas terminal angkutan kota di Mojosongo. Namun hingga kini rencana pembangunan rusunawa di sana masih dalam tahap kajian.

“Pokoknya kalau ada lahan yang kosong saya siap mengajukan penambahan ke pemerintah pusat dan pasti disetujui, selama program dari pemerintah masih ada,” katanya.

Tahun ini, Toto melanjutkan Pemkot akan membangun satu unit rusunawa di kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo, Mojosongo pada tahun ini. Namun pembangunan rusunawa hanya dikhususkan bagi warga bantaran Kali Pepe dan Kali Anyar yang bakal terkena proyek pembangunan Embung Tirtonadi. Jumlah rusunawa itupun masih kurang untuk menampung 300 keluarga tersebut.

“Jadi kalau kami akan membangun rusunawa lagi, pasti akan digunakan untuk warga bantaran dulu. Sedangkan yang antre belum bisa kami masukkan dulu,” katanya.

Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo menuturkan kebutuhan lahan untuk permukiman dari tahun ke tahun terus bertambah. Namun hal itu tidak diimbangi dengan ketersediaan lahan yang di Kota Solo. Konsep pembangunan permukiman vertikal menjadi satu-satunya pilihan Pemkot dalam memenuhi kebutuhan itu.

Pemkot memulai pembangunan permukiman vertikal dengan membangun rusunawa Begalon I. Setidaknya saat ini Pemkot sudah memiliki sembilan unit rusunawa tersebar di Solo. Perinciannya, dua rusunawa di Jurug, dua rusunawa di Semanggi, dua rusunawa di Begalon, dua rusunawa di Mojosongo, satu di Kerkov.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya