SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta (Solopos.com)–Pelaku industri furnitur dalam negeri mengaku tertekan dengan adanya tren penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Tingginya komposisi ekspor para pelaku furnitur, membuat penguatan rupiah menjadi sebuah kerugian besar.

Ketua Umum Asosiasi Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Ambar Tjahyono mengatakan penguatan rupiah tanpa kontrol pemerintah dan Bank Indonesia (BI) sangat merugikan eksportir furnitur. Menurutnya nilai tukar yang ideal bagi para pengusaha adalah Rp 10.000 per US$ 1.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Sekarang ini dolar AS terus melemah, hingga hari ini sudah mencapai US$ 1 setara Rp 8.600,” katanya Selasa (22/3/2011).

Ambar menambahkan nilai tukar rupiah  terhadap dolar AS yang berada direntang Rp 8.600-8.700 sudah merugikan para anggotanya karena produk-produk furnitur di pasar ekspor tak akan kompetitif. Belum lagi jika dihitung nilai pendapatan para eksportir furnitur yang harus tergerus karena tren penguatan rupiah.

“Pada titik nilai tukar US$ 1 seharga Rp 9.000 saja, anggota Asmindo sudah sangat teriak karena kita sudah sangat tidak kompetitif,” jelas Ambar.

Ambar menambahkan jika kondisi ini terus berlanjut maka transaksi pameran furnitur IFFINA 12 Maret 2011 lalu akan berkurang maknanya bagi para perajin furnitur. Pasalnya, selama sepekan ini penguatan rupiah terus terjadi sementara pelaku usaha tak kuasa melakukan apa-apa.

“Sangatlah diperlukan peranan pemerintah untuk mengatasinya karena jika impor lebih besar dari ekspor maka matilah pengusaha,” katanya.

(dtc/tiw)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya