SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

“Wah rumputnya enak, bisa dipakai buat tiduran,” kata Dalmini, salah seorang ofisial tim sepak bola putri Sleman saat datang ke Stadion Maguwoharjo, Kamis (29/9) sore. Sore itu, untuk pertama kalinya tim putri Sleman yang semua pemainnya diambil dari klub Putri Mataram, berlaga di stadion bertaraf internasional itu melawan tim Putri Samaria, yang terdiri dari para mahasiswi asal Papua.
   
Bermain di atas lapangan yang memiliki rumput yang bagus seperti di Stadion Maguwoharjo, menjadi impian setiap pesepak bola, termasuk para pemain putri. Lapangan yang rata memudahkan mereka mengeluarkan kemampuan terbaik dalam menggocek si kulit bundar.
   
Tim putri Sleman biasa berlatih di Stadion Tridadi dan Lapangan Nogotirto yang jauh dari kelayakan bahkan harus bermain di Lapangan Universitas Janabadra yang tidak rata karena jadwal latihan sering digusur tim lain seperti PSS Sleman.
   
Dalam gelaran Porprov 2011, awalnya Pengcab PSSI Sleman menjadwalkan pertandingan tim putri di Stadion Tridadi, serta dua pertandingan lainnya di Lapangan Sidoarum, Godean. Namun kebijakan tersebut ditentang keras oleh Dalmini, salah satu ofisial tim putri Sleman, yang terpaksa harus ngotot-ngototan dengan pengurus pengcab.
   
Kengototan itu akhirnya membuahkan hasil di mana saat bertanding, mereka dua kali berkesempatan melawan wakil DIY lainnya saat Porprov.
   
Lapangan yang baik memberikan hasil yang maksimal tentunya. Mau lihat buktinya? Dalam pertandingan sore itu, putri Sleman mengamuk dengan melesatkan delapan gol dengan kemasukan satu gol. Tugiyati Cindy menjadi bintang sore itu dengan menceploskan empat gol sekaligus, diikuti Suciana yang dua kali mebobol gawang lawan. Sisanya maisng-masing satu gol dicetak Novelia, Dyah Hapsari, serta Oky.
   
Mengawali laga, putri Sleman langsung mengambil alih kendali permainan untuk menggempur areal pertahanan tim lawan. Belum lama bermain, Tugiyati Cindy langsung mebobol gawang lawan dengan tendangan kerasnya. Unggul secara kualitas, gawang putri Samaria terus dibombardir oleh gol-gol berikutnya.
   
Sayangnya, sudah unggul banyak gol, pemain putri Sleman terkesan mengendorkan penjagaan terhadap lawan hingga akhirnya berhasil dibobol lawan. Kurangnya komunikasi di lini belakang masih menjadi pekerjaan rumah bagi Sri Hastuti, pelatih kepala putri Sleman.” Benar masih ada kelemahan di lini belakang,” ujarnya usai pertandingan.
   
Menurut Sri Hastuti, masih ada waktu untuk memperbaiki beberapa kekurangan yang dimiliki tim tersebut seperti komunikasi tim, khususnya di lini belakang, serta penyelesaian akhir dari para striker yang gemar menendang bola sekencang-kencangnya di depan gawang hingga akhirnya justru melenceng.
   
Wakil Bupati Sleman, Yuni Satya Rahayu, yang turut menyaksikan pertandingan tersebut merasa optimis putri Sleman sanggup memenuhi target meraih medali emas nantinya. “Tadi lihat sendiri, bola itu seperti lengket di kaki mereka. Dengan main sebagus itu saya optimis bisa meraih emas,” kata Yuni yang juga menjabat selaku manajer tim tersebut.
   
Usai pertandingan, ia berksempatan memberikan motivasi kepada tim putri Sleman. “Yang penting sekarang adik-adik harus fokus. Tinggalkan hal-hal lain untuk sementara,” ujarnya. Ditanya soal kurangnya dana pembinaan bagi sepak bola putri, Yuni menjawab diplomatis.
   
Dana pembinaan dari KONI Sleman yang dihibahkan oleh Pemkab, harus dibagi dengan cabang olahraga lain. Namun ia berjanji akan membantu mencarikan bantuan dana bagi tim sepak bola putri dari para pihak yang selama ini intens membantu perkembangan persepak bolaan.(Wartawan Harian Jogja/MG Noviarizal Fernandez)

HARJO CETAK

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya