SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Bisnis Indonesia/dok)

SOLO – Pemerintah menetapkan harga rumah bersubsidi mulai tahun ini turun jadi Rp70 juta per unit. Harga baru ini direspons negatif oleh kalangan pengembang. Menurut pengembang, harga tersebut tidak realistis di tengah tren kenaikan harga tanah.

Ilustrasi (JIBI/Bisnis Indonesia/dok)

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Menurut Sekretaris Real Estat Indonesia (REI) Solo, Lukas Sawlasana, biaya Rp70 juta tentu tidak cukup digunakan untuk mendirikan satu unit rumah tipe 36. Rumah tipe 36 sendiri merupakaan ukuran rumah minimal yang harus dibangun pengembang. Menurut dia, harga Rp70 juta cocok untuk membuat rumah tipe 21. Tetapi, rumah tipe ini sekarang sudah tidak lagi diperbolehkan. “Kenapa harga rumah malah diturunkan, padahal harga tanah dan bahan baku kan terus naik. Harusnya pemerintah bisa memperhitungkan dengan lebih detil agar keputusan soal harga rumah bersubsidi ini tidak merugikan pengembang,” tukas Lukas. Idealnya, harga rumah tipe 36 itu berada di kisaran harga Rp88 juta per unit.

Sementara, salah satu pengembang rumah bersubsidi dari PT Era Athaya, Anthony Hendro, juga menyampaikan keberatan dengan turunnya harga rumah bersubsidi jadi Rp70 juta per unit. Pihaknya pun tak mau mempertaruhkan kualitas bangunan jika memaksakan diri membangun rumah tipe 36 dengan harga Rp70 juta. Khawatirnya, justru pembeli yang akan dirugikan.

Anthony menjelaskan, harga tanah di sekitar Solo kini mulai merangkak naik. Untuk lokasi yang saat ini sedang jadi primadona pengembang, yakni di Gondangrejo, per meter persegi sudah dijual dengan kisaran harga Rp125.000. Dengan harga sekian, pihaknya baru bisa membangun rumah dengan tipe 30/70. Sebelumnya, terang dia, harga rumah subsidi selalu naik, seiring dengan kenaikan harga bahan baku dan tanah. Seperti, dulu harga per unit rumah subsidi Rp49 juta, kemudian naik Rp55 juta, sampai akhirnya pada 2011 harganya mencapai Rp 80 juta.

“Kalau sekarang harganya turun jadi Rp70 juta dan harus dengan tipe 36, mungkin kami tetap bisa membangun tapi di lokasi yang tidak strategis. Tapi, apakah masyarakat kemudian mau membeli rumah di kawasan terpencil itu?” ucap dia. Belum lagi, lanjut Anthony, tahun ini masyarakat akan dihadapkan dengan kenaikan harga bahan bakar minyak. Tentu hal tersebut akan memicu kenaikan harga barang dan ongkos produksi.

JIBI/SOLOPOS/Hijriyah Al Wakhidah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya