Solopos.com, SRAGEN — Rumah para pemudik yang pulang kampung di Desa Wonorejo, Kecamatan Kedawung, Sragen, dipasangi stiker bertuliskan “karantina mandiri” untuk memudahkan pemantauan.
Pada Jumat (7/5/2021), tiga anggota Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Desa Wonorejo berkeliling untuk memeriksa stiker yang ditempelkan di puluhan rumah warga yang mudik beberapa hari lalu.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Stiker warna kuning itu berisi keterangan warga pelaku perjalanan (PP) atau pemudik yang menjalani karantina mandiri selama lima hari. Pada stiker itu pula terdapat tiga nomor ponsel yang bisa dihubungi ketika mengalami gejala demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan, dan sesak napas.
Baca juga: Hari Kedua Pelarangan Mudik, Angkutan Barang Dominasi Tol Sragen
Para anggota Satgas Penanganan Covid-19 Wonorejo yang dikoordinasi Sidiq Awaludin itu mengambil sampel dua rumah. Dalam pengecekan stiker dan memantau kesehatan pemudik itu juga diikuti Kasi Trantib Kecamatan Kedawung, Warsino.
Swab Antigen Sebelum Pulang
Sebuah rumah di Dukuh Babadan RT 002, Desa Wonorejo, milik Tenang Prasetyo, 44, menjadi sampel pertama yang didatangi Satgas Desa. Stiker masih tertempel di rumah itu.
“Bagaimana, Pak? Sehat ya, Pak?” tanya Sidiq seusai menyampaikan salam.
Baca juga: Mangkrak 3 Tahun, Bangunan Bekas SD di Sragen Disiapkan Untuk Isolasi Pemudik
“Alhamdulillah sehat, mas,” ujar Tenang. Laki-laki itu bekerja sebagai paramedis di sebuah perusahaan di Balikpapan. Sebenarnya ia pulang bukan untuk mudik tetapi memang setiap 1,5 bulan sekali pulang kampung.
“Setiap enam pekan sekali saya selalu pulang. Sekarang pulang pas ada momentum mudik Lebaran. Sebelum pulang oleh perusahaan sudah mewajibkan untuk swab antigen dulu dan disertai dengan surat keterangan dari pimpinan. Hasil swab nonreaktif semua,” ujar Tenang saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat.
Setelah dari Babadan, mereka bergerak ke Dukuh/Desa Wonorejo RT 014. Sebuah rumah di pinggir Jalan Guworejo-Celep, mereka berhenti. Mereka melihat sebuah stiker juga masih tertempel. Mereka menempelkan stiker itu pada Rabu (5/5/2021) lalu.
Baca juga: 21 Warganya Jualan Pentol, Kampung Ini Disebut Pentol Portugal
Rumah itu milik Wiji, 52. Perempuan itu membukakan pintu rumah dan menyapa ramah. Ia seorang pedagang pakaian dan kain keliling di wilayah Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau. Sudah tujuh tahun, Wiji bersama suaminya, Paidi, 55, berdagang keliling di perantauan.
“Sekarang pulang karena persiapan mau hajatan. Menikahkan anak sulung saya setelah Lebaran besok. Kalau suami masih di sana [perantauan],” ujarnya.
Sebelum pulang, Wiji sudah swab test di RS Bhayangkara Pontianak. Hasil tes tersebut negatif. Wiji pulang ke Sragen dengan menaiki pesawat.
Baca juga: Warga Positif Covid-19 Klaster Layatan Jetis Sragen Tambah 1 Jadi 39
Tenang dan Wiji merupakan bagian dari 36 orang pemudik yang tercatat di Balai Desa Wonorejo. Hingga sekarang, jumlah pemudik di wilayah Kecamatan Kedawung sebanyak 129.
Dokumen Perjalanan Diperiksa
Kepala Desa Wonorejo, Kedawung, Sragen, Mulyono, menyampaikan sebagian besar pemudik itu berasal dari Jakarta. Para pemudik itu mulai berdatangan, ujar dia, sejak 25 April 2021 lalu.
“Sejak ada larangan mudik mulai 6 Mei 2021, belum ada yang pulang lagi. Bagi mereka yang mudik langsung menuju Balai Desa untuk sterilisasi. Barang-barang disemprot dan diperiksa dokumen perjalanannya. Kalau sudah lengkap mereka wajib karantina mandiri di rumah selama lima hari,” ujarnya.
Mulyono mengatakan mereka itu pemudik yang istilahnya mendahului start.
Baca juga: Pontang-Panting Nakes Bekerja Maksimal Tangani Klaster Layatan di Sragen, Begini Kisahnya
Untuk antisipasi pemudik yang membandel, Mulyono sudah menyiapkan rumah karantina di balai desa. Pendapa balai desa disekat menjadi dua kamar berukuran 3 meter x 2 meter untuk pemudik yang ngeyel tidak mau isolasi mandiri di rumah.
“Anggarannya diambilkan dari dana desa (DD). Namun, para pemudik patuh semua dan kebetulan di Wonorejo tidak ada yang positif,” jelasnya.
Mulyono sudah meminta Satgas Desa untuk terus sosialisasi dan edukasi ke masyarakat. Sosialisasi dilakukan lewat keliling ke dukuh-dukuh dan menyampaikan imbauan ke ketua RT serta pengarahan ke masjid-masjid selepas salat tarawih.