SOLOPOS.COM - Lokasi rumah karantina pemudik di Desa Sidomulyo, Kecamatan Ampel, Boyolali. (Humas Pemprov Jateng).

Solopos.com, BOYOLALI – Pemerintah Desa Sidomulyo, Kecamatan Ampel, Boyolali, Jawa Tengah, menyiapkan rumah angker sebagai tempat karantina bagi pemudik yang nekat pulang kampung pada momen Lebaran 2021.

Keberadaan rumah angker tersebut menarik perhatian Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Orang nomor satu di Jateng itu pun menyambangi lokasi yang dimaksud saat mengecek penyekatan arus mudik di Salatiga, Selasa (11/5/2021).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Rumah karantina Desa Sidomulyo itu memang menyeramkan. Bangunan kecil yang sebenarnya musala kecil itu terletak di tengah hutan, dengan jarak lebih dari 300 meter dari pemukiman.

Baca juga: Ustaz Djuriono yang Meninggal Saat Khotbah Idulfitri di Kalikotes Ternyata Guru SMKN Trucuk Klaten

Angker

Lokasinya dikelilingi rerimbunan semak dan pohon-pohon besar. Di depan bangunan itu, terdapat sendang tua yang dikelilingi pohon-pohon beringin. Cerita tentang sendang dan adanya petilasan di tempat itu, menambah ngeri suasana. Sejumlah batu-batu berukir seperti peninggalan candi membuat tempat itu dikeramatkan.

Kepala Desa Sidomulyo, Moh Sawali menerangkan, tempat angker itu sengaja disiapkan untuk karantina bagi pemudik yang nekat pulang tanpa membawa surat kelengkapan. Mereka yang tiba di desa, langsung dikarantina di tempat itu selama enam hari.

“Kemarin ada dua orang yang kami karantina. Kami munculkan ke media dan benar-benar menimbulkan efek jera,” kata dia seperti dikutip dari Jatengprov.go.id, Jumat (14/5/2021).

Baca juga: Rumah Sakit Indonesia Remuk Dihantam Rudal Israel

Sawali menerangkan, biasanya kalau lebaran ada 500 lebih warganya yang mudik. Namun setelah ada larangan dan adanya karantina rumah angker itu, pemudik menurun drastis hingga tak lebih dari 25 orang.

“Biasanya ramai, ada 500-an orang. Sekarang tidak lebih dari 25. Jadi efek jeranya terasa. Di sini memang tempatnya terkenal angker, wingit kalau masyarakat menyebutnya. Jadi kalau lewat saja sudah merinding,” pungkasnya.

Ganjar sendiri mengapresiasi ide Moh Sawali yang sangat kreatif. Menurutnya, cara itu bisa mengedukasi masyarakat sekaligus memberikan efek jera.

“Bagus ya, Solo punya tempat karantina bagi pemudik, Banyumas punya, dan disini juga ada. Tapi ini Kadesnya kreatif, pokoknya yang ngeyel mudik dikarantina di rumah angker ini selama enam hari. Kan ngeri, membuat orang takut pulang kampung,” ucapnya.

Baca juga: Bertetangga dengan Masjid Raya, Ibadah di GKJ Sragen Ditunda 2 Jam

Cara tersebut, lanjut Ganjar, bisa mengedukasi masyarakat untuk tidak mudik. Selain itu, juga bisa mengontrol masyarakat agar sehat dan tidak terjadi penyebaran Covid-19 di desa.

“Jadi tujuannya tidak lain adalah untuk menjaga semua masyarakat agar tetap sehat. Sebenarnya saya ingin ngobrol sama yang dikarantina, pingin tahu perasannya. Tapi ternyata sudah enam hari dan pulang,” ucapnya.

Selain menjalankan karantina mandiri, pemudik yang nekat pulang ke kampung halaman juga diimbau untuk selalu menerapkan protokol kesehatan 5 M. Mulai dari mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas untuk mencegah penularan virus corona. Apalagi jika pemudik tersebut datang dari wilayah zona merah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya