SOLOPOS.COM - Ruang depan rumah dr Oen (Nicolous Irawan/JIBI/Solopos)

Tokoh Solo, dr. Oen dikenal sebagai dokter dermawan.

Solopos.com, SOLO — Nama dr. Oen sudah tak asing lagi terdengar di telinga sebagian masyarakat Kota Bengawan dan sekitarnya. Namanya kian dikenal dan dikenang oleh masyarakat setelah dipatenkan menjadi nama rumah sakit (RS) swasta di Kandang Sapi, Jebres, Solo.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Bagian depan rumah dr Oen di Banjarsari, Solo. (Nicolous Irawan/JIBI/Solopos)

Bagian depan rumah dr Oen di Banjarsari, Solo. (Nicolous Irawan/JIBI/Solopos)

RS dengan nama dr. Oen bahkan kini telah hadir juga di Solo Baru, Sukoharjo. Pemberian nama RS dr. Oen didasari atas kontribusi dr. Oen yang menjadi pemrakarsa berdirinya Yayasan Kesehatan Tsi Sheng Yuan, yang kemudian membentuk RS Panti Kosala (embrio RS dr. Oen).

Sejarah mencatat bahwa dr. Oen bukanlah warga asli Solo. Dia lahir di Salatiga pada 3 Maret 1903. Di dalam dokumen tertulis yang diterbitkan Yayasan Kesehatan Panti Kosala pada saat penetapan pergantian nama RS Panti Kosala menjadi RS dr. Oen tanggal 3 Maret 1983, dijelaskan bahwa dr. Oen mulai tinggal di Solo setelah membentuk rumah tangga bersama Corrie Djie Oen Nio pada 1933. Di Solo, pemilik nama lengkap Oen Boen Ing itu awalnya bekerja sebagai dokter swasta di samping membantu rumah sakit Zieken-zorg.

Tidak disebutkan secara pasti di dalam catatan Lima Puluh Tahun Mengabdi Rumah Sakit Panti Kosala (1933-1983), tentang tempat tinggal dr. Oen selama di Solo. Namun berdasarkan informasi yang beredar, dr. Oen semasa hidupnya menempati sebuah rumah yang letaknya kini di Jl. S. Parman Kelurahan Stabelan, Banjarsari.

Informasi itu menjadi valid ketika Solopos.com pada Selasa (20/2/2018) pagi, mendapati adanya prasasti penetapan bangunan cagar budaya (BCB) oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Solo pada pagar tembok sebuah bangunan di Jl. S. Parman No. 48 yang dinyatakan sebagai rumah dr. Oen.

Bangunan Kuno

Jika dilihat dari luar, kompleks rumah peninggalan dr. Oen kini tampak jauh dari kesan kompleks bangunan kuno bersejarah. Pasalnya kompleks rumah tersebut sekarang telah dilengkapi dengan pagar tembok ala-ala rumah kekinian. Pagar tembok kombinasi besi itu bahkan dibangun dengan tinggi kurang lebih 2 meter (m) sehingga cukup menutupi bagian depan bangunan inti rumah peninggalan dr. Oen.

Ruang depan rumah dr Oen (Nicolous Irawan/JIBI/Solopos)

Ruang depan rumah dr Oen (Nicolous Irawan/JIBI/Solopos)

Hanya bagian atap rumah yang bisa dilihat dengan jelas dari Jl. S. Parman. Bagian atap itu pun tidak lagi menujukkan ciri-ciri bangunan lawas. Bagian genteng pada atap telah diganti dengan genteng baru berwarna cokelat mengkilap.

Rumah peninggalan dr. Oen kini dikelola oleh keluarga Budi Darma dan Tuti Handoyo. Mereka adalah keponakan dari Christin yang menjadi ahli waris dari rumah dr. Oen. Christin sendiri merupakan keponakan dari istri dr. Oen. Karena memutuskan tinggal di tanah kelahirannya di Kediri, keluarga Budi Darma akhirnya mengutus anaknya untuk merawat rumah peninggalan dr. Oen tersebut.

Oleh keluarga anak dari Budi Darma itu lah, beberapa bagian rumah peninggalan dr. Oen yang telah rusak kemudian diperbaiki hingga direhabalitasi.

Menantu Budi Darma, William Tandarto, 33, membeberkan beberapa bagian rumah peninggalan dr. Oen yang telah direhabilitasi, antara lain lantai, atap, dan pintu. Pihaknya tidak mengubah bentuk bangunan rumah karena bisa menyalahi aturan BCB. Berdasarkan pantauan Solopos.com, sejumlah barang peninggalan dr. Oen masih tersimpan di rumah tersebut.

Di ruang depan setelah masuk pintu utama rumah misalnya, terdapat barang-barang koleksi dr. Oen yang dipajang di lemari besar dan panjang. Beberapa barang yang dipajang, antara lain mulai dari lampu minyak, cangkir, gelas, buku-buku, hingga lukisan-lukisan lawas sosok dr. Oen.

“Setahu saya ada beberapa barang peninggalan lain yang telah diserahkan ke Yayasan Kesehatan Panti Kosala atau RS dr. Oen untuk disimpan oleh mereka,” kata William saat berbincang dengan Espos di rumah peninggalan dr. Oen, Selasa.

William mengakui kompleks rumah peninggalan dr. Oen kini telah mengalami perubahan cukup signifikan. Dia mencontohkan salah satu perubahan yang terjadi, yakni terkait pemanfaatan lahan di selatan bangunan rumah peninggalan dr. Oen. Lahan tersebut kini telah dipakai keluargannya untuk mendirikan bangunan usaha berupa cafe.

Cagar Budaya

William memastikan pendirian bangunan cafe Karunia Milk itu tak menyalahi aturan pemanfaatan BCB. Pihaknya berdalih tidak mengubah bangunan rumah dr. Oen. Lagi pula, dia menyampaikan, pengunjung cafe selama ini tidak diperkenankan masuk dengan bebas ke rumah peninggalan dr. Oen.

“Rumah peninggalan dr. Oen selama ini tidak kami buka untuk umum. Hanya beberapa kalangan saja yang kami persilakan masuk, seperti belum lama ini ada guru-guru dari Kalam Kudus yang spontan datang untuk lebih mengenal sosok dr. Oen,” jelas William.

William menyampaikan kehadiran guru-guru Kalam Kudus itu sebenarnya mengilhami dirinya untuk lebih membuka lagi rumah peninggalan dr. Oen bagi masyarakat umum khususnya yang bekepentingan jelas ingin mengenal sosok dr. Oen. Oleh karena itu, dia kini tengah berupaya sedikit demi sedikit untuk  menata lagi rumah bangunan Kolonial itu sehingga bisa menyerupai kondisi tempo lalu.

Bagi William, dr. Oen patut menjadi sosok tauladan masyarakat. dr. Oen merupakan sosok orang yang suka menolong dan dermawan. Dalam praktiknya menjadi dokter, dr. Oen terkenal tidak pernah menarik tariff khusus kepada sang pasien. Bahkan dikisahkan, dr. Oen kerap memberikan obat tanpa pasien harus membayar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya