SOLOPOS.COM - POHON TUMBANG- Petugas Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP), memotong dahan pohon yang tumbang menimpa sebuah becak di Jl Slamet Riyadi, Solo, Rabu (25/1/2012). Pohon tersebut tumbang akibat angin kencang yang melanda Kota Solo, tidak ada korban dalam kejadian tersebut. (JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)

Ruang publik Solo, DPRD menyesalkan penebangan pohon di Jl. Slamet Riyadi.

Solopos.com, SOLO–Komisi II DPRD menyesalkan penebangan pohon Asam Kranji di Jl. Slamet Riyadi tepatnya di depan Kantor Pengadilan Negeri. Penebangan tersebut dianggap melangkahi perda lantaran tidak melalui rekomendasi Badan Lingkungan Hidup (BLH) Solo.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Anggota Komisi II, Ginda Ferachtriawan, menyayangkan nihilnya koordinasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) dan BLH dalam penebangan pohon di depan Pengadilan. Ginda mengatakan pepohonan di Jl. Slamet Riyadi merupakan jalur hijau yang dilindungi Perda No. 10/2015 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

“Setiap penebangan pohon wajib melalui kajian dan rekomendasi BLH. Jangan asal tebang,” ujarnya saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat (24/6/2016).
Sebagai informasi, DKP Rabu (22/6) lalu menebang pohon di depan Pengadilan lantaran batangnya menjorok ke jalur lambat. Kondisi itu dikhawatirkan membahayakan pengguna jalan. Ginda menegaskan tak antipati dengan penebangan pohon asal tindakan itu dilakukan sesuai regulasi.

“Hla BLH saja mengaku tidak tahu (penebangan pohon). Saya barusan koordinasi,” ujarnya.

Ginda mengatakan kajian BLH dapat mengukur sejauh mana kelayakan penebangan sebuah pohon. Menurut Ginda, penentuan pohon rawan ambruk tidak bisa melalui keputusan sepihak dari DKP. Terlebih pepohonan itu berada di jalur hijau yang menunjang keasrian kota. “Kalau batangnya bisa dirapikan kenapa harus ditebang? Ibarat orang sakit, mestinya diberi obat dulu. Tidak langsung dioperasi.”

Di sisi lain, Ginda menyoroti kejadian ambruknya pohon Asam Belanda di Jl. Slamet Riyadi depan Hotel Dana. Dia mengatakan pohon itu tidak rubuh serta merta melainkan tertabrak truk Selasa (21/6/2016) pagi. Meski demikian, dia memertanyakan kekuatan pohon tersebut.

“Info dari BLH, tanah tidak kuat menahan beban pohon. Hal ini bisa terjadi karena tanah kurang resapan air. Pembangunan yang ngecor mepet pohon mestinya bisa dihindari untuk menjaga daerah resapan.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya