SOLOPOS.COM - Suasana kolam air sisi barat yang sedang dalam proses renovasi di kompleks Taman Balekambang Solo, Kamis (7/1/2016). Menurut rencana kolam air tersebut akan digunakan sebagai tempat pemandian untuk menunjang sarana dan kelengkapan wahana permainan yang diharapkan dapat meningkatkan minat wisatawan untuk berkunjung. (Ivanovic Aldino/JIBI/Solopos)

Ruang publik Solo, Pemkot Solo membantah kolam keceh di Taman Balekambang menghilangkan unsur konservasi alam.

Solopos.com, SOLO–Pemerintah Kota (Pemkot) Solo membantah pembuatan Kolam Keceh sebagai wahana baru di Taman Balekambang melenceng dari tujuan awal dibuatnya taman tersebut sebagai konservasi alam atau paru-paru Kota Solo. Sebab, kolam tersebut memanfaatkan tempat pemandian di kawasan itu yang lama terbengkalai.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Solo, Eny Tyasni Suzana, pembuatan Kolam Keceh tersebut tidak mengubah apa pun. Hanya memanfaatkan kembali kolam pemandian yang mangkrak dan sempat membuat kumuh karena tertutup tumpukan sampah.

“Kami malah salah kalau menutup kolam itu dan menggantinya dengan wahana lain. Di dalam revitalisasi, kami juga sudah meminta izin kepada BPCB [Badan Pelestarian Cagar Budaya] Jawa Tengah agar tidak menyalahi ketentuan,” katanya saat dihubungi Solopos.com, Sabtu (9/1/2016).

Menurutnya, wahana Kolam Keceh bisa menjadi daya tarik baru bagi pengunjung Taman Balekambang sehingga makin dikenal masyarakat. Ia juga mengakui pengelola Taman Balekambang ditarget pendapatan asli daerah (PAD) sehingga harus ada inovasi baru untuk memikat pengunjung.

Terkait tanaman atau taman yang rusak karena banyaknya acara yang diadakan di lokasi itu, Eny menyadarinya. “Taman Balekambang kini memang menjadi destinasi favorit bagi warga Solo karena nyaman untuk acara di alam terbuka. Tapi, kesadaran masyarakat untuk ikut menjaga tanaman yang masih kurang. Kami sudah menyampaikan kepada pengelola untuk memperbaiki rumput atau menambah tanaman seperti tanaman hias. Dananya bisa diambil dari anggaran pemeliharaannya,” ujarnya.

Ditanya kemungkinan ada sanksi untuk mencegah kerusakan rumput dan taman di kawasan wisata itu, Eny menyatakan perlu regulasi khusus. Di dalam pembuatannya juga harus ada pembahasan dengan berbagai pihak.

“Kalau pun dibuat perda [peraturan daerah] tidak hanya mengatur satu lokasi taman, tetapi seluruh kota. Itu perlu kesepakatan Pemkot dan DPRD. Jadi, sementara ini yang dilakukan berupa memasang papan imbauan tidak boleh merusak taman atau menginjak rumput,” imbuh Eny.

Terpisah, Pelaksana Harian (Plh) Penjabat (Pj) Wali Kota Solo, Budi Yulistianto, mengatakan akan melihat terlebih dahulu konsep Kolam Keceh tersebut. Apabila tidak sesuai konsep konservasi alam, maka akan ditinjau ulang.

“Yang saya tahu, ada rencana penambahan beberapa item permainan di Taman Balekambang. Tapi, yang dimaksud wahana apa dan ditempatkan di bagian mana, itu yang saya belum tahu,” katanya saat dijumpai Solopos.com di Balai Kota, Sabtu.

Ia menambahkan kemungkinan penambahan wahana itu sebagai daya tarik baru bagi pengunjung seperti saat dibangunnya Taman Reptil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya