SOLOPOS.COM - Siswa bermain di dalam ruangan kelas yang rusak di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Penawangan, Grobogan, Jawa Tengah, Rabu (8/6/2022).Sebanyak tiga ruangan di sekolah itu rusak seperti plafon jebol, dinding tembok retak hingga bangunan kayu rapuh sejak 2018, sehingga siswa harus belajar di teras sekolah dan ruang perpustakaan secara bergantian. ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho/rwa.

Solopos.com, PURWODADI — Gegara tiga ruang kelas rusak, siswa di SDN 2 Penawangan, Kecamatan Penawangan, Kabupaten Grobogan terpaksa mengikuti ujian di teras sekolah.

Informasi yang dihimpun Rabu (8/6/2022) menyebutkan tiga ruang kelas yang rusak di SDN 2 Penawangan tersebut adalah ruang kelas IV, V dan kelas VI.

Promosi BRI Kembali Gelar Program Pemberdayaan Desa Melalui Program Desa BRILiaN 2024

Menurut Kepala SDN 2 Penawangan Budiyono kepada wartawan, ruang kelas rusak tersebut sudah ada sejak dia menjabat kepala sekolah sekitar tiga tahunan lebih.

Kondisi ruang kelas yang tak kunjung diperbaiki itulah yang kemudian membuat siswa melaksanakan ujian penilaian akhir semester di teras sekolah dan ruang perpustakaan.

Kondisi ini tentu membuat siswa yang tengah ujian tidak nyaman terutama yang melaksanakan ujian di teras sekolah.

SDN 2 Penawangan
Siswa mengikuti ujian di teras Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Penawangan, Grobogan, Jawa Tengah, Rabu (8/6/2022). (Antara/Yusuf Nugroho)

Baca juga: Pemkab Grobogan Gelontorkan Modal Untuk BUMD, PDAM Paling Besar

Karena letak SDN 2 Penawangan berada di tepi jalan Penawangan – Truko, tepanya di Desa Penawangan. Sehingga ketika ada kendaraan lewat pasti terdengar.

Setiap ada kendaraan lewat apalagi dengan suara knalpot kencang mengganggu siswa yang tengah ujian di teras sekolah tersebut.

Siswa yang melaksanakan ujian penilaian akhir semester di teras SDN 2 Penawangan adalah siswa kelas IV.

Sedangkan siswa kelas V yang juga melaksanakan ujian lebih beruntung karena mengerjakan di ruang perpustakaan kendati harus lesehan.

Baca juga: Ganjar dan Luhut Gelar Pertemuan Tertutup Satu Jam, Bahasa Apa Saja?

Menurut Budiyono, pihak sekolah terpaksa melakukan hal itu karena jika dipaksakan menggunakan ruang kelas dikhwatirkan bisa membahayakan siswa.

Apalagi plafon di tiga ruang kelas yang rusak tersebut sebagian besar sudah ambrol, selain itu dinding bangunan pun sudah mulai retak.

Pihaknya tidak berani menggunakan anggaran Bantuan Operasional Sekolah (BOS) karena kerusakannya tergolong berat.

“Dana BOS hanya untuk kerusakan ringan, kalau rusak berat saya tidak berani karena anggarannya besar,” katanya kepada wartawan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya