SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SRAGEN — RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen tiap hari mengolah sekitar 150 kg atau 1,5 kuintal limbah medis yang meliputi bahan berbahaya dan beracun (B3).

Limbah medis itu dihasilkan RSUD sebanyak 100 kg-120 kg per hari ditambah limbah medis dari 25 puskesmas dan semua klinik kesehatan se-Kabupaten Sragen sebanyak 30 kg per hari. Semua limbah medis tersebut dihancurkan menjadi pasir dan dipadatkan dengan semen di Intalasi Sanitasi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Penjelasan itu disampaikan Direktur RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen, Didik Haryanto, didampingi Kepala Instalasi Sanitasi RSUD setemat, Agus Wiyono, saat ditemui Solopos.com di ruang kerjanya, belum lama ini.

Didik menjelaskan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) di RSUD Sragen sudah diolah sedemikian rupa menggunakan dua unit tabung pengolahan sehingga tidak berbahaya bagi lingkungan. Dia menjelaskan pengolahan limbah medis tersebut sudah mendapatkan izin dari Kementerian Lingkungan Hidup.

“Untuk mendapatkan izin pengolahan limbah medis itu tidak mudah. Selama ini banyak rumah sakit di Sragen yang bekerja sama dengan PT Arah Environmental Indonesia yang berlokasi di Sukoharjo untuk pengolahan limbah medis. Pengolahan limbah medis di RSUD Sragen ini pun merupakan hasil kerja sama dengan perusahaan tersebut. Sekarang RSUD Sragen merupakan satu-satunya rumah sakit di Sragen yang mampu mengolah limbah medis sendiri,” jelas Didik.

Didik menjelaskan RSUD memasang harga jasa pengolahan limbah medis senilai Rp25.000/kg. Dia mengatakan beberapa waktu lalu banyak RS di Sragen yang mengolahkan limbah medisnya ke RSUD Sragen.

“Kalau untuk puskesmas dan klinik se-Kabupaten Sragen masih terus mengolahkan limbah medisnya ke RSUD Sragen dan mereka juga kena jasa Rp25.000/kg.” Ujarnya.

Kepala Instalasi Sanitasi RSUD Sragen, Agus Wiyono, mengatakan kapasitas instalasi pengolahan limbah medis RSUD Sragen mencapai 150 kg/hari. Instalasi tersebut terdiri atas dua tabung besar.

Agus menjelaskan limbah medis dimasukkan tabung tersebut dan dipanasi dengan suhu mencapai 1.200 derajat Celsius. “Saat keluar limbah medis itu sudah berubah bentuk menjadi semacan pasir. Dari 100 kg sampah medis hasilnya akhirnya setelah diolah menjadi 10 kg pasir. Kemudian pasir itu dicampur dengan semen dan dipadatkan menjadi balok-balok beton,” tuturnya.

Balok-balok beton yang dibuat dari pasir limbah medis itu biasanya dimanfaatkan untuk bahan uruk. Ukuran baloknya cukup besar, yakni dengan sisi masing-masing 30 cm.

Agus mengungkapkan pengolahan limbah medis di RSUD ini sudah sejak 15 tahun lalu. Pada 2014-2015, sebut dia, dilakukan peremajaan mesin pengolahan limbah. “Sebelum diolah, kami sudah menyiapkan tempat khusus untuk menampung limbah medis,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya