SOLOPOS.COM - Ilustrasi bayi (Dok/JIBI/Solopos)

RSUD Panembahan Senopati menyampaikan permohonan maaf kepada publik

Harianjogja.com, BANTUL — Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Panembahan Senopati Kabupaten Bantul akhirnya menyampaikan permintaan maaf kepada keluarga Sardjono. Pihak rumah sakit mengakui belum memberikan pelayanan yang optimal akibat komplesitas pengelolaan rumah sakit.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Humas), RSUD Panembahan Senopati, I Nyoman Gunarsa menyambut baik terkait dengan kritik dan saran yang telah disampaikan oleh Sarjono melalui media masa. Namun kata dia kritik dan saran tersebut harus disampaikan secara baik dengan pendekatan personal. Hal itu menurutnya demi menggali apa yang menjadi permasalahan sesungguhnya, untuk kemudian mendapatkan penyelesaian terbaik dari kedua pihak, yaitu rumah sakit dengan pelanggan.

Terpisah, Sarjono mengaku baru mendapatkan permintaan maaf dari RSUD secara lisan. Dia ingin permohonan maaf tersebut disampaikan secara publik. Selain itu dia meminta RSUD menyampaikan fakta-fakta saat proses persalinan istrinya. Menurutnya pelayanan yang diberikan tidak optimal, sehingga mengakibatkan bayinya tidak tertolong.

“Belum ada permintaan maaf ke publik, permintaan maaf baru sebatas lisan. Saya ingin pihak rumah sakit mengakui adanya fakta-fakta di lapangan terkait pelayanan yang tidak optimal,” ujar Sarjono.

Saat dihubungi, Sarjono mengatakan telah bertemu dengan pihak RSUD berapa waktu lalu. Menurut dia, dalam pertemuan tersebut dia hanya dimintai keterangan tentang bagaimana kronologis persalinan yang mengakibatkan bayinya meninggal. Kemudian dia juga diminta menjelaskan tentang bagaimana kekurang RSUD dalam memberikan pelayanan.

Dia mengatakan kepada pihak rumah sakit, jika memang pelayanan rumah sakit kurang optimal. Lalu, kata dia saat pertemuan tersebut, rumah sakit plat merah itu mengakui apa yang dia sampaikan. Salah satu fakta yang dia ketahui adalah penanganan saat persalinan istrinya dilakukan oleh dokter residen. Kata dia, dokter residen merupakan dokter umum yang baru menempuh pendidikan spesialis.

“Ya kalau memang realita seperti itu adanya harus disampaikan secara penuh ke publik. Masyarakat butuh tahu tentang fakta-fakta tersebut,” imbuhnya.

Sebelumnya diberitakan, Sumartiningsih istri Sarjono pada Minggu (21/8/2016) siang dirawat di Puskesmas Pundong karena hendak melahirkan. Pukul 16.30 WIB sang ibu pecah ketuban pertanda bayi segera lahir.

Namun Sumartiningsih mengklaim tidak mendapat tindakan medis berarti dari petugas Puskesmas meski sudah berjam-jam pecah ketuban. Keluarga lalu mendesak dirujuk ke rumah sakit (RS). Alasannya selain sudah berjam-jam pecah ketuban, karena ibu bayi memiliki riwayat kecil pinggul sehingga sulit melahirkan normal.

Pukul delapan malam, pasien baru tiba di RSUD . Namun sesampainya di RSUD juga lantas tidak ditangani dengan cepat, baru subuh sekitar pukul 03.00 WIB, petugas kesehatan memacu kelahiran bayinya  dengan alat vakum. Kata Sumartiningsih vakum tersebut juga sempat mengalami kerusakan. Hingga akhirnya Pukul 05.00 WIB bayi lahir namun sudah dalam kondisi tidak bernyawa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya