SOLOPOS.COM - Tim Medis Fertilitas RSUD dr. Moewardi menunjukkan dua bayi kembar berjenis kelamin laki-laki dan perempuan yang berusia empat bulan di Klinik Fertilitas Sekar Moewardi, Banjarsari, Solo, Rabu (12/3/2014). Bayi tersebut hasil teknologi reproduksi berbantuan (TRB) dengan teknik In Vitro Fertilization (IVF) atau bayi tabung pertama di Solo. (Ardiansyah Indra Kumala/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO–Program bayi tabung di RSUD Moewardi Solo membuahkan hasil. Kali pertama bayi tabung lahir di Solo. Pasangan suami istri yang tinggal di Solo berhasil mengikuti program ini. Mereka mendapatkan bayi kembar dampit lewat bayi tabung.

Mereka sudah enam tahun menikah namun belum dikarunia putra sebab dinilai mengalami gangguan pembengkakan saluran indung telur.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Karena itu mereka mengikuti program bayi tabung yang ditangani tim dokter Rumah Sakit Umum Daerah(RSUD) Dr Moewardi Solo dan berhasil mendapatkan dua anak kembar dampit (laki-laki dan perempuan).

Salah satu anggota tim medis yang menangani program itu, dr Eriana Melinawati Sp.OG. Dalam konferensi pers di Solo, Rabu (12/3/2014), dia mengatakan, orang tua bayi kembar dampit ini, merupakan pasien ke-12 dari 14 pasien yang mengikuti program bayi tabung di Klinik Infertilitas Sekar Moewardi, Solo sejak tahun 2010.

Dia mengatakan bayi tabung lahir kembar dampit ini merupakan yang pertama di Solo. Dari 14 pasien peserta program bayi tabung, tiga di antaranya berhasil mengandung secara normal. Tapi selang beberapa waktu, kehamilan dua di antaranya mengalami keguguran dan satu orang pasien berhasil melahirkan melalui bedah cesar pada November 2013.

Dia berpendapat program ini merupakan prestasi gemilang yang layak diapresiasi. Karena tingkat keberhasilan bayi tabung rata-rata di dunia hanya berkisar 30-35 persen, bergantung pada berbagai faktor serta kondisi dasar pasien. Di antaranya usia ibu yang dianjurkan maksimal 35 tahun dan idealnya 29-30 tahun, tingkat kesehatan alat reproduksi, kualitas telur atau sperma dan sebagainya. Semakin muda usia ibu, ujar dia, semakin besar pula tingkat keberhasilannya.

“Kalau usia ibu berkisar 29-30 tahun tingkat keberhasilan cukup baik karena hanya perlu satu dosis hormon untuk stimulasi ovarium. Tetapi kalau semakin tua tentu butuh hormon lebih dari satu dosis,” kata Eriana.

Salah seorang anggota tim lainnya, Prof Dr dr Tedjo Danoedjo Oepomo Sp.OG, mengatakan program bayi tabung ini sebatas pada membantu mengawinkan sperma suami dan telur istri di luar rahim. Setelah terjadi proses pembuahan, kembali ditanamkan ke dalam rahim istri hingga terjadi kehamilan serta kelahiran secara alami.

Dia menjelaskan sebelum dilakukan pembuahan di luar rahim pihaknya melakukan berbagai tahapan. Di antaranya menyehatkan telur dan sperma pasangan suami istri lewat berbagai upaya medis.

Lebih lanjut Eriana mengatakan saat memprogram bayi kembar dampit yang lahir cecar itu pihaknya memperoleh 8 cangkang telur. Tapi dua di antaranya ternyata kosong.

Sementara enam cangkang telur, dilakukan pembuahan di luar rahim, hingga diperoleh enam embrio janin. Dari jumlah itu dua embrio ditanamkan kembali ke rahim ibu yang akhirnya berhasil dengan baik.

Sedangkan empat embrio lain, hingga kini masih disimpan dalam peralatan khsusus dengan suhu minus 190 derajat selsius. Dia menjelaskan kalau suatu saat orang tua bersangkutan menginginkan kehamilan, embrio tersebut dapat ditanamkan kembali. Mengikuti prosedur yang ditetapkan, program bayi tabung yang rata-rata memerlukan dana kira-kira Rp50 juta sampai Rp60 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya