SOLOPOS.COM - Pasien terpaksa dirawat di lorong IGD RSUD dr. Moewardi, Solo, Senin (5/5/2014). Kondisi tersebut akibat penuhnya kamar rawat inap rumah sakit sehingga pasien harus menunggu satu hingga dua hari untuk memperoleh kamar perawatan.

Solopos.com, SOLO–RS Moewardi Solo penuh. Belasan pasien intalasi gawat darurat (IGD) Rumah Sakit Moewardi, Solo, akhirnya dirawat di lorong-lorong. Menurut petugas informasi IGD RS Moewardi, Elfina, keputusan tersebut diambil karena jumlah pasien masuk yang terlalu banyak dan fasilitas yang tersedia di RS Moewardi tidak mencukupi.

“Jumlah pasien sampai pukul 18.00 WIB ini sudah 60 orang. Jumlah itu belum lagi nanti pada pukul 18.00 sampai 19.00 WIB, akan lebih banyak. Itu terjadi beberapa hari ini, sekitar dari Sabtu (3/5). Hari ini termasuk yang ramai,” ujar Elfina saat ditemui Solopos.com di rumah sakit, Senin (5/5/2014).

Promosi UMKM Binaan BRI Ini Jadi Kuliner Rekomendasi bagi Pemudik di Pekalongan

Jumlah bed di Bangsal Tulip IGD ada 14 buah. Jumlah tersebut tidak bisa menampung jumlah pasien yang masuk. Dalam bangsal itu tersedia alat-alat khusus penanganan pasien yang lebih membutuhkan perawatan tingkat lanjut.

Pantauan Solopos.com, pasien yang dirawat di lorong IGD sampai di dekat pintu masuk. Bed-bed berjajar dengan satu orang menempati satu bed. Keluarga yang menunggu sambil berdiri dan duduk di lantai samping pasien.

“Jumlah 60 pasien yang datang itu memang tidak seluruhnya dipondok [rawat inap], ada juga yang rawat jalan atau menunggu giliran periksa. Pasien yang ada di bed-bed lorong adalah mereka yang tidak dapat bed di dalam [Bangsal Tulip] entah mondok atau menunggu periksa,” ujar Elfina.

Salah seorang dokter jaga yang tidak mau disebut namanya mengatakan kondisi pasien dirawat di lorong memang sesuatu yang wajar. Hal itu karena jumlah pasien yang semakin bertambah sedangkan jumlah fasilitas rumah sakit terbatas.

“Pasien tidak boleh kami tolak untuk mendapatkan perawatan. Keputusan itu [perawatan di lorong] juga dengan kesepakatan pihak keluarga. Kami tentu berupaya memberikan fasilitas yang terbaik,” ujar dokter berusia muda tersebut.

Di sisi lain, ada seorang pasien bernama Sarwoto dikembalikan pihak RS Moewardi ke RS Brayat Minulya karena belum mengonfirmasi kedatanga. “Bapak [Sarwoto] kecelakaan, pertama dirawat di RS Brayat, lalu dirujuk lagi ke salah satu rumah sakit di Sukoharjo. Di sana [salah satu RS Sukoharjo] dirujuk lagi ke sini [RS Moewardi] tapi katanya penuh,” ujar istri pasien, Sukiem saat ditemui Espos di depan ruang IGD.

Saat diminta konfirmasi,  pejabat Humas humas RS Moewardi, dr. Elisa mengatakan bukan berarti pihak RS Moewardi menonal pasien tersebut. Hanya saja mereka tidak memenuhi prosedur yang telah ditetapkan terkait kerjasama rujukan.

“Seharusnya pasien melalui pihak rumah sakit yang sebelumnya menangai pasien itu melaporkan kepada kami melalui Triasi [bagian peneriamaan], minimal via telepon. Bukan kami tidak mau terima pasien, malah mengusahakan. Kalau ada konfirmaisi dulu kan kami mencarikan tempat untuk pereawatan segera, kalau tidak ada kita bisa rujuk ke tempat lain yang ada. Kan butuh tempat dan tenaga medis juga,” ujar dr. Elisa

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya