SOLOPOS.COM - GKR Hemas dan rombongan menjelang acara siraman, Senin (21/10/2013). (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Harianjogja.com, JOGJAMengenakan kebaya bercorak dominan warna ungu, Gusti Kanjeng Ratu Hemas dan besannya, Raden Ayu Nusi Retnowati berdiri di samping Kanjeng Pangeran Haryo Notonegoro yang telah bertelanjang dada duduk di atas kursi untuk menjalani upacara siraman di Dalem Gedong Pompa, Bangsal Kasatriyan.

Hemas tak tampak canggung dengan besannya, Nusi. Pertemanan mereka sejak duduk di bangku SMP Tarakanita Jakarta 1968 silam, rupanya berbuah suasana yang santai, disertai canda, sekalipun ritual itu adalah upacara sakral. Begitu juga Noto berulang tampak mengembangkan senyumnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Diawali dengan doa dari seorang penghulu, Hemas pertama kali menyiram Notonegero dengan air kembang yang berada di dalam bak Gedong tersebut. Mulutnya komat-kamit seolah melantunkan doa untuk calon mantunya itu.

“Saya berdoa, berharap setelah pecah pamornya, mempelai pria mendapatkan berkah dari Yang Kuasa dengan diiringi doa dari para leluhur,” ucap Hemas kepada Harian Jogja usai upacara siraman, Senin (21/10/2013). Pecah pamor diwujudkan dengan dipecahnya kendi berisi air kembang, sebagai lambang beralihnya sifat- sifat  keremajaannya menuju dewasa.

Nusi lebih lama menyiram Notonegoro, anak laki-lakinya itu. Usai mengguyur kepala Notonegoro menggunakan air yang berasal dari tujuh sumber air di Kraton itu, Nusi jongkok mengusap kedua kaki Noto. Sulit berdiri kembali, Notonegoro meraih tangan kanan ibunya itu, berusaha mengangkatnya.

Saat itu, Notonegoro tak luput pula untuk menarik tangan ibunya ke arah bibirnya. Notonegoro yang memiliki nama kecil Angger Pribadi Wibowo itu mencium tangan Nusi. Bentuk kasih sayang anak dan orang tua pun berlanjut. Nusi mencium pipi kiri dan kanan, serta dahi Notonegoro. Pemecahan kendi menutup upacara siraman tersebut.

Upacara siraman sebelumnya dilakukan untuk calon manten perempuan,GKR Hayu di Sekar Khedaton, sekitar pukul 10.00 WIB. Hemas dengan didampingi oleh putri sulungnya, GKR Pembayun mengawali upacara siraman tersebut. Tinuk Rifky, yang namanya melangit sebagai seorang paes pernikahan adat Jawa, mengawal jalannya upacara saran.

Usai siraman, Hayu dengan diselimuti batik corak sidaluhur, menjalani prosesi kerik (memotong rambut pada dahi) yang menjadi awal dari rias paes ageng yang digunakan dalam upacara panggih.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya