SOLOPOS.COM - Gedong Pompa tempat dimana KPH Notonegoro akan menjalani prosesi Siraman di tempat tersebut di komplek Bangsal Kasatriyan, Kraton Ngayogyakarta, Minggu (20/10/2013).(JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Hraianjogja.com, JOGJA-Dua motif batik digunakan pada kain prosesi siraman GKR Hayu. Dua motif itu adalah Sidomukti dan Sidoluhur.

Sejarahwan dari UGM Djoko Suryo mengatakan, kedua motif itu memiliki makna baik, penuh berkah dan biasa digunakan untuk busana setelah siraman. “Sidomukti berarti doa untuk selalu berkecukupan atau makmur dan sidoluhur memiliki makna supaya yang bersangkutan mulia dan berbudi luhur,” ujarnya, Senin (21/10/2013).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Upacara siraman GKR Hayu berlangsung mulai pukul 10.55 WIB diawali doa oleh Nyai Kanjeng Raden Penghulu Dipodiningrat dilanjutkan siraman tujuh sesepuh termasuk GKR Hemas, GBRA Murdokusumo, BRA Purboyo dan BRA Mooryati Soedibyo.

Ekspedisi Mudik 2024

Selesai prosesi siraman, GKR Hayu selanjutnya melakukan ritual kerik atau memotong rambut pada dahi oleh perias Tienuk Riefki, untuk mengawali tata rias paes ageng. Setelah prosesi di Sekar kedhaton rampung, GKR Hemas dan rombongannya berjalan menuju Dalem Bangsal Kasatriyan untuk melakukan siraman pihak Notonegoro.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya