SOLOPOS.COM - Tempat siraman (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Harianjogja.com, JOGJA–Bau dupa menusuk hidung ketika para abdi dalem putri yang duduk bersila di pojok Gedung Pompa (Komplek Bangsal Kasatriyan) mulai menyalakan kemenyan tanda rombongan KPH Notonegoro tiba di Bangsal Magangan, pintu belakang Kraton. Sesuai jadwal, rombongan tiba sekitar pukul 10.00 WIB. Sebelumnya, Notonegoro dijemput oleh utusan Sultan di Dalem Mangkubumen (barat Pasar Ngasem).

Tak lama, KPH Notonegoro yang mengenakan baju atela putih lengkap dengan blangkon masuk ke Bangsal Kasatriyan. Noto yang memiliki nama kecil Angger Pribadi Wibowo itu dikawal oleh KRT Jatiningrat dan KRT Yudahadiningrat yang mengenakan baju pranakan bercorak garis coklat orangnya. Diikuti dibelakangnya keluarga besar Notonegoro.

Promosi Gonta Ganti Pelatih Timnas Bukan Solusi, PSSI!

Tiba di Bangsal Kasatriyan, Jatiningrat  menyerahkan Notonegoro kepada Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Hadiwinoto, adik tertua Sri Sultan Hamengku Buwono X.

“Monggo…” kata Hadiwinoto pada Jatiningrat bermaksud mempersilahkan Notonegoro bersama keluarga besarnya memasuki beranda Sri Katon yang menjadi satu dengan komplek Bangsal Kasatriyan. Bangsal itu semenjak dulu digunakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono untuk mempersiapkan putranya yang akan menikah.

Tampak di beranda itu GBPH Prabukusumo dan GBPH Suryadiningrat, adik Sultan HB X. Serta terlihat pula, mantu- mantu HB X, KPH Wironegoro (suami GKR Pembayun), dan KPH Purbodiningrat (suami GKR Maduretno).

Di waktu yang bersamaan, GKR Pembayun memerintahkan Raden Ayu Suryadiningrat dan Raden Ayu Suryametaram sebagai utusan dalem untuk menjemput temanten putri, GKR Hayu di kediamannya di Kraton Kilen menuju Bangsal Sri Kedaton.

Sebelum meninggalkan Kraton Kilen, Hayu menghaturkaan sembah bekti kepada ayah dan ibunya, dengan maksud memohon doa restu serta pamit untuk nyantri di Bangsal Kedaton. HB X kemudian berdiri melepas Hayu dengan dibimbing Hemas meninggalkan kediamannya.

Di Bangsal Sekar Kedaton, Hayu beristirahat sejenak menyantap hidangan sebelum menjalani prosesi siraman. Ritual siraman itu juga dijalani oleh Notonegoro. Air yang digunakan untuk siraman berasal dari tujuh sumber air di Kraton. Tujuh sumber air itu diserahkan oleh GKR Maduretno di Bangsal Kasatriyan dan diterima oleh KGPH Hadiwinoto.

Air itu lalu dituangkan menjadi satu di Gedong Pompa untuk siraman temanten pria. Siraman terlebih dahulu dilakukan oleh temanten wanita, lalu menyusul temanten pria.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya