SOLOPOS.COM - Kawanan kera membuat resah warga Dusun Jatiteken, Desa Laban, Kecamatan Mojolaban. Kawanan kera liar itu menyerbu permukiman penduduk untuk mencari makan. (Capture Video Warga)

Solopos.com, SOLO – Meski jauh dari hutan, enam desa di Soloraya disatroni oleh kawanan kera liar. Serbuan kawanan kera liar tidak hanya terjadi di Dukuh Manggal, Desa Banjarharjo, Kecamatan Kebakkramat, Karanganyar. Kawanan kera liar juga membuat resah warga Dusun Jatiteken, Desa Laban, Kecamatan Mojolaban.

Baik Desa Banjarharjo maupun Desa Laban merupakan kawasan yang relatif jauh dari hutan yang jadi habitat kera liar. Berikut Solopos.com sajikan enam desa yang jauh dari hutan tetapi jadi sasaran serbuan kera liar.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

1. Desa Banjarharjo Karangayar

Dukuh Manggal, Desa Banjarharjo, Kecamatan Kebakkramat, Karanganyar, relatif jauh dari hutan. Namun, warga sekitar dibuat resah dengan serbuan satwa berupa kera liar dalam beberapa hari terakhir.

Kera liar ini bahkan masuk ke rumah warga dan mencuri aneka makanan dan buah-buahan. Belum diketahui secara pasti sumber munculnya kera liar tersebut. Serangan kera liar baru kali pertama terjadi di wilayah tersebut.

Baca Juga: Lagi, Kawanan Kera Liar Serbu Kampung, Kali Ini di Mojolaban Sukoharjo

Warga menduga kera liar berasal dari kebun tak jauh di lingkungan tersebut. Gerombolan kera liar ini berjumlah sekitar tujuh ekor.

Ekspedisi Mudik 2024

2. Desa Jatiteken Sukoharjo

Kawanan kera liar membuat resah warga Dusun Jatiteken, Desa Laban, Kecamatan Mojolaban. Kawanan kera liar itu menyerbu permukiman penduduk untuk mencari makan sejak sepekan lalu.

Biasanya, gerombolan monyet itu muncul pada pagi hari dan sore hari untuk mencari makan. Monyet-monyet itu berkeliaran di atap rumah warga sehingga membuat khawatir warga setempat.

Baca Juga: Kawanan Kera Liar Masuk Permukiman, Warga Kebakkramat Khawatir Diserang

Tak sedikit kalangan ibu-ibu yang ketakutan saat kawanan monyet berkeliaran di atap rumah. Warga setempat telah berupaya mengusir kawanan kera itu namun tak membuahkan hasil.

Warga menyebut kawanan kera itu berasal dari sebuah kebun restoran di pinggir Sungai Bengawan Solo. Warga lain mengatakan berasal dari daerah bagian barat sungai.

3. Desa Jatisobo Sukoharjo

Pada Agustus 2019 lalu, seorang bayi perempuan berusia 40 hari bernama Aqila Dzakira, warga Dukuh Jengglong RT 002/RW 005 Desa Jatisobo, Kecamatan Polokarto, Sukoharjo, terluka akibat digigit kera liar.

Kasus itu mendapat perhatian serius dari Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo. Sebab, gigitan kera liar dinilai rawan menyebarkan virus rabies. Aqila Dzakira digigit kera saat ditinggal ibunya, Wartini mencuci popok di kamar mandi pada Selasa (20/8/2019) sore. Saat itu Aqila ditidurkan ibunya di kasur bagian depan rumahnya.

Baca Juga: Cegah Serbuan Kera Liar, Bibit Buah Ditanam di Batu Seribu Sukoharjo

Namun selang beberapa menit, sang ibu mendengar bayinya menangis histeris. Wartini yang panik segera menengok bayinya itu, dan mendapati anaknya sudah tidak berada di kasur.

Akibat dari kejadian itu, bayi tersebut mengalami luka dalam yang cukup serius di bagian paha kiri dan luka ringan di bagian punggung. Kejadian ini mengejutkan warga sekitar, mengingat daerah tersebut jauh dari hutan, dan jauh dari habitat kera.

4. Desa Sendang Boyolali

Ketenangan warga Desa Sendang, Karanggede, Boyolali, terusik oleh kemunculan kera liar di lingkungan mereka pada Maret 2017 lalu. Aparat dari Polsek dan Koramil bahkan sampai turun tangan memburu kera liar itu.

Kepala Desa Sendang, Sukimin, menjelaskan kemunculan kera liar tersebut cukup meresahkan warga, khususnya kaum ibu dan anak-anak. Kera itu kerap muncul secara tiba-tiba lalu menghilang tanpa bekas ketika dikejar.

Baca Juga: Enggan Kembali ke Habitat Asal, Puluhan Kera Liar Menetap di Sungai Jlengut Klaten Sejak 2006

Menurut catatan Sukimin, kemunculan kera liar itu terlihat sejak enam bulan sebelumnya. Selama menampakkan diri di Desa Sendang, sedikitnya sudah ada tiga warga yang dilukai, baik dicakar maupun digigit. Terakhir, kera liar itu melukai Bagas, 9, yang tengah bermain di teras rumahnya di RT 001/ RW 006 Dukuh Klimas, Desa Sendang.

5. Kedungwaduk Sragen

Kawanan kera liar masuk perkampungan di lingkungan RT 025-RT 029/RW 007 Dukuh Ngijo, Desa Kedungwaduk, Kecamatan Karangmalang, Sragen, pada April 2020. Kawanan kera liar itu berjumlah 3-6 ekor dan tidak diketahui asal kera tersebut.

Kawanan kera liar itu masuk perkampungan untuk mencari makan berupa buah-buahan, seperti jambu, rambutan, pepaya, pisang, hingga ketela rambat. Banyak warga di lingkungan lima RT itu yang menyaksikan adanya kawanan moyet dewasa dan kecil itu. Namun, kera-kera tersebut tidak menganggu warga secara langsung.

6. Hadiluwih Sragen

Seekor kera membuat heboh warga Dukuh Kedungdowo, Desa Hadiluwih, Kecamatan Sumberlawang, Sragen, pada September 2019. Kera itu berkeliaran di jalan kampung.

Suparti, 45, warga setempat mengaku sempat melihat sendiri kera ekor panjang tersebut. Menurutnya, kera itu berkeliaran di jalanan dan atap rumah warga. Belum diketahui asal datangnya kera tersebut.

Baca Juga: Berkeliaran di Kampung, Seekor Kera Hebohkan Warga Sumberlawang Sragen

Namun, kehadiran kera itu sempat membuat warga waswas. Warga khawatir kera itu akan merusak tanaman atau barang yang dijumpainya.

Ratu Para Badminto Lulus S2 Bahasa Indonesia

Solopos.com, SUKOHARJO – Leani Ratri Oktila, atlet parabadminton yang menyumbangkan dua emas dan satu perak di Paralimpiade Tokyo 2020 menamatkan kuliah program pascasarjana (S2) di Universitas Veteran Univet Bangun Nusantara.

Leani mendapat julukan ratu para badminton Indonesia setelah meraih dua medali emas dan satu medali perak dari cabang badminton di Paralimpiade Tokyo 2020.

Leani itu lulus dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,44 saat mengikuti wisuda periode Oktober. Prosesi wisuda dilaksanakan secara drive thru di aula Univet Bantara Sukoharjo, Minggu (24/10/2021) sekitar pukul 08.00 WIB.

Baca Juga: Leani Ratri Oktila, Bonus Rp13,5 Miliar dan Raket untuk Jokowi

Setiap wisudawan diantar menggunakan mobil. Mobil setiap wisudawan berhenti tepat di depan pintu aula kampus. Hanya wisudawan yang turun dari mobil dan mengikuti prosesi pemindahan kucir.

Selama masa pandemi Covid-19, Univet Bantara Sukoharjo telah beberapa kali menggelar upacara wisuda secara drive thru. Univet Bantara Sukoharjo meluluskan 591 mahasiswa program diploma, sarjana dan pascasarjana.

Baca Juga: Mahasiswa KKN Univet Bantara Ubah Kemasan Jamu Tradisional Jadi Kekinian



Salah satu mahasiswa program pascasarjana yang mengikuti wisudah adalah Leani Ratri Oktila. Wanita yang akrab disapa Ratri itu mengambil program studi (prodi) Magister Pendidikan Bahasa Indonesia.

Ratri baru saja mengukir prestasi emas saat berlaga di cabang olahraga (cabor) badminton pada Paralimpiade Tokyo 2020. Dia mampu menorehkan sejarah baru bagi tim paralimpiade Indonesia selama penantian 41 tahun.

Sebagai penghormatan atas prestasi di ajang olahraga level internasional, Ratri didaulat mewakili wisudawan dan wisudawati menyampaikan sambuatan saat prosesi wisuda.

Baca Juga: Sanksi WADA Berimbas ke Piala Thomas, Menpora: Ini Hal Serius

“Suatu kehormatan bagi saya mewakili para wisudawan dan wisudawati untuk menyampaikan rasa syukur dan terima kasih telah menempuh pendidikan hingga lulus di Univet Bantara Sukoharjo. Saya juga menyampaikan terima kasih kepada orangtua atas pengorbanan dan doa yang terus mengalir demi kelancaran studi hingga berhasil meraih gelar magister,” kata dia, Minggu.

Di tengah prosesi wisuda tersebut, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Zainudin Amali memberikan ucapan selamat kepada Ratri melalui video conference. Hal serupa dilakukan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang juga memuji dedikasi dan totalitas Ratri di bidang olahraga dan mampu merampungkan kuliah pascasarjana tepat waktu.

Baca Juga: Pebulu Tangkis Sukoharjo Bawa Indonesia Kalahkan Taiwan di Piala Thomas

Rektor Univet Bantara Sukoharjo, Farida Nugrahani, menyatakan proses wisuda masih menggunakan drive thru lantaran masih masa pandemi. Pelaksanaan wisuda menjalankan protokol kesehatan secara ketat sesuai rekomendasi satgas penanganan Covid-19 Kabupaten Sukoharjo.

Farida berharap status Sukoharjo yang menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 2 bisa segera turun sehingga para wisudawan dan wisudawati bisa kembali berkumpul dalam satu lokasi.



“Hingga sekarang proses perkuliahan masih secara dalam jaringan (daring). Apabila kondisi pandemi semakin melandai, proses perkuliahan kembali tatap muka di kampus,” kata dia.





Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya