SOLOPOS.COM - Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu. (JIBI/Solopos/Antara/R. Rekotomo)

Rob atau limpasan air laut ke daratan masih menjadi momok bagi Kota Semarang, bahkan status daruratnya kini diperpanjang.

Semarangpos.com, SEMARANG — Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menyatakan status tanggap darurat bencana rob atau limpasan air laut ke wilayah setempat diperpanjang hingga 17 Juli 2016. “Jadi, pompa-pompa air bantuan dari pemerintah pusat untuk menanggulangi rob yang menggenang di kawasan Kaligawe belum akan diambil dulu,” kata Ita, sapaan akrab Hevearita di Semarang, Rabu (13/7/2016).

Promosi Tenang, Asisten Virtual BRI Sabrina Siap Temani Kamu Penuhi Kebutuhan Lebaran

Pemerintah Kota Semarang telah menetapkan status tanggap darurat bencana menyusul rob yang terjadi di kawasan timur Semarang sejak Senin (20/6/2016) lalu menjelang dimulainya musim mudik Lebaran 2016. Dengan penetapan status darurat bencana rob tersebut, Pemkot Semarang mendapatkan bantuan belasan pompa air dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk mengurangi genangan air laut ke daratan Kota Semarang.

Pada kenyataannya, upaya pemasangan pompa-pompa air berukuran besar itu hanya bersifat sementara. Pompa-pompa itu hanya dipasang untuk menyedot air laut yang menggenangi kawasan Kaligawe yang kala itu hendak dilalui para pemudik pada musim mudik Lebaran 2016. Kini, masa balik musim mudik itu hampir berakhir, sehingga keberadaan pompa-pompa itu pun bakal ditarik kembali.

“Sebenarnya pompa-pompa air [bantuan pemerintah pusat] itu ada karena adanya status tanggap darurat. Kemarin status habisnya 7 Juli, kemudian diperpanjang,” katanya.

Dengan diperpanjangnya masa tanggap darurat bencana alam rob Semarang itu, Ita meminta masyarakat tidak khawatir pompa-pompa air bantuan yang sangat membantu mengatasi rob tersebut akan ditarik seiring berakhirnya arus balik Lebaran 2016. “Jadi, pompanya tidak jadi dicabut. Sebenarnya, pompa-pompa itu juga pinjaman dari daerah-daerah lain, seperti Solo dan Brebes. Jadi, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS), pinjam ke sana,” katanya.

Saat ini, Pemkot Semarang mengevaluasi dan memikirkan langkah setelah masa tanggap darurat bencana alam itu berakhir pada 17 Juli 2016. Kekhawatiran itu muncul kalau-kalau debit rob atau limpasan air laut ke daratan masih tetap tinggi sesudah masa angkutan mudik Lebaran 2016 berakhir. “Kami masih melakukan evaluasi, sebab rob ini kan sifatnya unpredictable [tidak bisa diprediksi]. Bisa jadi hujan juga nanti. Namun, kami meminta masyarakat tidak khawatir,” katanya.

Sebelumnya, anggota Komisi C DPRD Kota Semarang M. Sodri meminta pemerintah kota setempat segera menyiapkan rencana dan langkah untuk mengantisipasi rob pascamusim mudik Lebaran 2016. “Rob di Semarang kan sudah ditetapkan sebagai tanggap darurat bencana. Langkah penanggulangan, seperti bantuan pompa-pompa berukuran besar kan sifatnya darurat untuk kepentingan mudik,” katanya.

Setelah arus mudik dan balik Lebaran rampung, kata politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu, bantuan pompa air akan ditarik sehingga Pemkot Semarang harus memikirkan upaya penanggulangan rob.

 

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya