SOLOPOS.COM - Ilustrasi kegiatan mubeng beteng (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Harianjogja.com, JOGJA- Ritual tapa bisu mubeng beteng di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat pada malam 1 Sura sedianya punya banyak makna yang mendalam.

Sugeng Supriatin, 72, salah satu anggota kelompok Songsong Buwono, sebuah lembaga pelestarian budaya yang telah eksis sejak zaman Sri Sultan Hamengku Buwono VIII menguraikan, ritual tapa bisu Mubeng Beteng sarat akan makna yang mendalam.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Jika kaum muda sampai tidak memahami maknanya, ritual tersebut menurut dia akan kehilangan spirit.

Tapa bisu, menurut pria berambut perak ini bermakna mengheningkan cipta. Orang Jawa, jika sedang memiliki niat tertentu kepada Yang Maha Kuasa, tidak banyak bicara dan memilih diam. Tuhan, bagi orang Jawa bersifat maha tahu, sehingga bisa membaca isi hati dari umatnya.

“Selain itu kalau diam dan berdoa kepada Yang Kuasa, bisa menghilangkan pikiran negatif. Jadi itulah makna tapa bisu,” beber dia.

Sedangkan mengelilingi Kraton, juga bukan tanpa makna. Kata Sugeng, Kraton merupakan simbol persatuan seluruh jagad semesta sehingga mengelilingi Kraton juga bermakna persatuan dan gotong royong seluruh umat manusia.

Benar saja kata dia. Pada ritual tapa bisu mubeng kraton pada malam 1 Sura Senin (4/11/2013) malam, para peserta ritual tapa bisu Mubeng Beteng, berasal dari berbagai latar belakang.

Ada yang berkeliling sembari memegang seutas rosario (semacam tasbih, milik umat Katolik), ada yang berbusana muslim, ada pula warga dari luar DIY, bahkan dari luar negeri.Wujud persatuan dan kemajemukan. Suatu nilai filosofis yang mendalam tentunya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya