SOLOPOS.COM - Kusdinar Untung Yuni Sukowati saat jumpa pers dengan wartawan di ruang rapat Bupati Sragen, Kamis (20/2/2020). (Solopos-Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN – Bupati Sragen enggan membuat tempat karantina khusus bagi pemudik. Dia justru mengimbau perantau tidak mudik ke Sragen sampai persebaran wabah virus corona berhenti.

Bukan tanpa alasan, Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati mengatakan, melakukan karantina terhadap pemudik sangat berisiko jika tanpa persiapan matang.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Manajemen karantina itu sangat berisiko. Kenapa? Karena harus 14 hari. Artinya kita harus menyiapkan 14 tempat berbeda, semuanya dengan fasilitas yang baik,” terangnya seperti dikabarkan Detik.com, Minggu (5/4/2020).

Buya Yahya Tanggapi Lagu Hits Aisyah Istri Rasulullah, Tak Tega Baca Liriknya

Bupati Sragen yang juga seorang dokter ini menyebut karantina tidak bisa dilakukan hanya dengan mengumpulkan pemudik di lokasi tertentu. Sebab, hal ini justru meningkatkan potensi penyebaran virus corona.

Skema Karantina

Proses karantina dikhawatirkan membuat pemudik yang sehat tertular virus corona dari mereka yang terinfeksi namun tidak menunjukkan gejala.

"Ilustrasinya seperti ini, misal tanggal 4 April datang 60 pemudik, kita karantina di gedung SMS (Sasana Manggala Sukowati). Tanggal 5 April datang 30 pemudik, kita karantina di gedung Kartini. Tanggal 7 April datang lagi 100 orang masuk karantina di mana lagi? Tidak mungkin kita jadikan satu dengan yang datang tanggal 4 April," terang Yuni tentang skema karantina pemudik di Sragen.

Round Up Corona Solo: Tinggal 7 Kelurahan Bersih dari Covid-19

Yuni menambahkan, skema seperti itu membuat karantina pemudik sangat berisiko. Apalagi jika fasilitas pendukung kurang memadai, maka pemudik yang dikarantina justru bakal stres.

"Berarti harus ada 14 tempat [karantina], dengan fasilitas yang baik. Bisa saja kita tempatkan di gedung SD misalnya, tidak ada TV, tidak ada kamar mandi yang layak. Justru akan membuat yang dikarantina stres. Coba dipikirkan, tidak hanya karantina macam daerah yang lain," tutur Yuni.

Lirik Lagu Lekas Pulih – Fiersa Besari

Siagakan Satgas Covid Desa

Sampai saat ini jajaran Pemkab Sragen berpikir keras mencari solusi menghadapi gelombang pemudik. Apalagi Presiden Jokowi tidak melarang perantau mudik.

Sebagai seorang dokter, Yuni paham apa yang harus dilakukan untuk menghadapi gelombang pemudik di Sragen selain opsi karantina. Menurutnya satgas Covid-19 di desa memastikan pemudik melakukan karantina mandiri.

Kronologi 2 Warga Meninggal di Slogohimo dan Jatipurno Disebut PDP Corona Wonogiri

"Karena aku dokter aku tahu yang harus dilakukan. Karantina mandiri dengan diawasi satgas Covid desa akan lebih efektif. Sepanjang kami bisa membuat semua desa siaga, konsisten dan komitmen. Semoga semua bisa memahami ini dan bisa mengambil kebijakan yang tepat," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya