Solopos.com, SOLO — Proyek pembangunan pembangkit listri tenaga sampah atau PLT sampah di Indonesia tak kunjung selesai. PLT sampah bermaksud mengubah sampah menjadi sumber energi. Dalam perspektif aktivis lingkungan, upaya itu justru lebih banyak menimbulkan pencemaran yang berbahaya daripada bermanfaat menghasilkan energi listrik.
PLT sampah yang potensial menimbulkan masalah adalah yang menggunakan metode thermal incinerator atau pembakaran yang mengubah sampah menjadi energi. Proyek ini dibangun Jakarta, Tangerang, Bandung, Semarang, Surabaya, Solo, dan Makassar.
Promosi Era Emas SEA Games 1991 dan Cerita Fachri Kabur dari Timnas
PLT sampah dengan teknologi pembakaran justru akan mengeluarkan lebih banyak energi untuk mendapat listrik yang tak seberapa, mengingat karakteristik sampah Indonesia yang tak dipilah sehingga cenderung basah.
Sampah basah membutuhkan energi tambahan untuk dikeringkan dan juga butuh energi tambahan agar suhu tungku pembakaran tetap tinggi. Setelah pembakaran akan tersisa abu yang mengandung zat pencemar yang persisten dan berbahaya bagi lingkungan.