SOLOPOS.COM - Tiga orang anggota Detasemen Khusus 88 atau Densus 88 sedang menjalankan tugasnya. (Antara-Rony Muharrman)

Solopos.com, JAKARTA -- Peneliti terorisme Ridlwan Habib mengatakan pemerintah harus mewaspadai adanya potensi balas dendam atau keputusan untuk tidak memulangkan WNI eks anggota Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) ke Tanah Air.

"Keputusan itu sudah tepat, sebab Indonesia belum siap jika harus memulangkan eks ISIS, sangat berbahaya. Namun demikian, pemerintah harus waspada terhadap kemungkinan balas dendam oleh simpatisan ISIS di dalam negeri," kata Ridlwan Habib di Jakarta, Rabu (12/2/2020).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Jika Jadi Wakil Gibran Rakabuming, Achmad Purnomo Dianggap Kurang Kerjaan

Menurut dia, jejaring dari sel-sel ISIS yang ada di Indonesia masih banyak. Mereka berpotensi melakukan tindakan balas dendam atas keputusan pemerintah tersebut.

"Jejaring ISIS masih ada di Indonesia, sel-sel tidurnya masih banyak. Polri dan komunitas intelijen harus waspada jika keputusan itu menimbulkan keinginan balas dendam," kata dia.

Pengamat: Fit & Proper Test Cuma Formalitas, Gibran-Purnomo Sudah Jadi

Contohnya, menurut Ridlwan, jaringan ISIS tersebut bisa melakukan penyerangan pada kantor pemerintah karena jengkel teman mereka tidak dipulangkan. Kemudian, kata dia ada lagi kemungkinan risiko lainnya seperti gugatan hukum yang muncul dari keluarga eks ISIS di Indonesia.

"Bisa saja akan memicu class action terhadap pemerintah dengan alasan negara mengabaikan hak asasi warganya di luar negeri. Gugatan itu bisa saja muncul dari pihak keluarganya di Indonesia," ucap alumni S2 Kajian Intelijen UI tersebut.

Babak Baru! Zulkifli Hasan & PAN Lepas dari Hegemoni Amien Rais

Pemerintah, kata dia, juga pasti akan dikritik terutama oleh kelompok oposisi yang sudah bersikap setuju terhadap rencana pemulangan. Dia mencontohkan Mardani Ali Sera dari PKS dan Fadli Zon dari Gerindra yang sebelumnya sudah menyetujui pemulangan para mantan anggota ISIS.

Ridlwan juga mengingatkan, risiko besar bagi situasi dalam negeri bertambah jika kamp pengungsian di Suriah jadi dibubarkan oleh pihak otoritas Kurdi.

"Waspadai pintu-pintu masuk imigrasi kita. Terutama, jalan-jalan tikus, karena kalau bisa merembes masuk tanpa diketahui, akan sangat berbahaya," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya