SOLOPOS.COM - Rio Haryanto (JIBI/SOLOPOS/Ist)

Rio Haryanto (JIBI/SOLOPOS/Ist)

Memang sulit membuat janji dengan pembalap dunia kelas GP3, Rio Haryanto. Kesibukannya berlaga dan berlatih di luar negeri membuatnya jarang bisa dijumpai di rumahnya sendiri di Jalan Slamet Riyadi 358 Solo itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kesempatan Rio di Kota Bengawan ini memang terbilang jarang. Kegiatannya yang padat mulai dari latihan, kuliah dan mengikuti lomba mengharuskannya bolak-balik antara Inggris-Singapura-Indonesia. Tim balap Rio berada di Inggris sementara dia tercatat sebagai mahasiswa Business Studies di FTMS Global Singapura. Belakangan, Rio juga harus mempersiapkan fisik dan mentalnya untuk berlaga di Abu Dhabi untuk menjajal kelas GP2 pada 11-13 November.
”Meski di rumah, latihan fisik harus rutin, salah satunya melatih otot leher dengan mengenakan helm yang diberi beban,” ungkap Rio saat akhirnya berhasil dijumpai di rumahnya pekan lalu.

Latihan otot leher ini sangat membantu saat dirinya bertanding. Untuk melatih beban pada leher, Rio mengenakan helm khusus dengan beban tertentu selama 15 menit sehari. Saat mengenakan helm tersebut, dia menggerakkan kepala secara perlahan. Berolahraga adalah kegiatan wajib baginya meski di tengah liburan.

Rio mengaku begitu menikmati saat berada di Kota Bengawan. Bercengkerama dengan keluarga adalah obat dari rasa penat dan kerinduannya. ”Enggak ingin ke mana-mana saat di rumah ya tidur, he .. he .. he..” ungkapnya. Di usianya yang belia, pria yang kelahiran Solo, 18 tahun lalu ini, mengaku bermimpi menjajaki arena F1. Untuk menggapainya, dia harus mengantongi pengalaman di ajang bergengsi GP3 dan GP2 level dunia. Dia berkeyakinan dengan tiket kemenangan seperti meraih peringkat lima besar dunia untuk ajang GP3 pada 2010 dan peringkat tujuh untuk kelas yang sama pada 2011 di kelas internasional, Rio yakin bisa menggapai mimpinya. ”Saya sudah siap bertanding untuk menjajal kelas GP2 di Abu Dhabi. Ini kesempatan besar saya agar sampai ke F1,” jelas dia.

Banyak kerikil tajam saat dirinya menjajaki pentas balap dunia. Mulai dari ancaman dari peserta hingga ungkapan bernada meremehkan. Hal itu dianggapnya sebagai ujian mental. Bukan satu dua kali dirinya mendapatkan komentar meremehkan tapi dia merasa hal itu tak perlu ditanggapi serius. “Yang terpenting saya bisa memberikan hasil terbaik di sirkuit.”

Ibu Rio, Indah Pennywati, menyatakan meskipun pendiam dan tak banyak bicara, anaknya bukan tipe orang yang mau mengalah saat bertanding. Di arena sirkuit, dia seolah tak mau ketinggalan dan dibalap peserta lainnya, hal itu ditunjukkan saat harus melintasi trek yang sulit. “Dia itu enggak mau ngalah, Rio itu penuh semangat,” ungkap Indah.

Buah memang tak jauh dari pohonnya. Sang ayah, Sinyo Haryanto lebih dulu dikenal sebagai pegokart sekaligus petembak nasional. Selain Rio yang memiliki karier gemilang di sirkuit, kakaknya, Roy Haryanto, juga peraih juara formula Asia 1994, Brabham, Australia 1995 dan tercatat juara nasional GT Car 2010.

Sejak anak-anak, Rio mengidolakan pembalap Michael Schumaker. Hal itu mempengaruhi minatnya untuk terjun di dunia balap. Beruntung, Rio hidup di lingkungan yang menaruh kecintaan pada dunia balap. Dukungan dan motivasi keluarga, membuat tekad Rio berlaga di sirkuit makin mantap.

Di usianya yang masih belia, saat berlaga pada kejuaraan Formula Asia 2.0 2008, Rio bertengger di urutan pertama kategori Asia dan urutan ketiga kategori Internasional. Tak hanya itu, pada kejuaraan balap mobil Formula BMW Pasifik, Rio berhasil tujuh kali mencapai finis pertama. ”Kami semua menyukai balap, dapat motivasi terbesar ya dari keluarga,” ungkapnya.

Menurut Rio, pertandingan bergengsi yang tak terlupakan yakni kejuaraan GP3 di Turki. Tak disangka-sangka, dirinya unggul dan berhasil naik ke podium. Itulah kali pertama bendera Merah Putih berkibar dan lagu Indonesia Raya berkumandang. ”Rasanya bangga bisa membawa nama harum Indonesia,” ungkapnya sambil tersenyum ringan.

Kemenangan itu merupakan sejarah bagi hidup Rio. Pada kompetisi tersebut, dia mengalahkan juara bertahan. Sinyo mengungkapkan saat Rio berhasil mengalahkan mereka, Rio didatangi salah seorang atlet yang mengaku salut karena Rio bisa mengalahkan sang juara bertahan pada ajang bergengsi tersebut. ”Mereka menanyakan asal Rio. Mereka tak menyangka ada anak Indonesia yang bisa menang dalam lomba GP3, ha … ha … ha …” ungkap Sinyo.

Kemenangan Rio saat itu memang tidak disangka-sangka. Bahkan panitia penyelenggara pun tak mempersiapkan lagu kebangsaan Indonesia sehingga menurut Sinyo mereka akhirnya harus men-download lagu Indonesia Raya dari internet karena lagu tersebut harus mengiringi saat bendera berkibar.

Dina Ananti Sawitri Setyani

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya