SOLOPOS.COM - Bajaj yang digunakan Didik untuk mudik dari Jakarta menuju Cepogo, Boyolali. (Solopos.com/Imam Yuda Saputra)

Solopos.com, SEMARANG – Stiker bertuliskan “Slow But Sure” terpampang di bagian belakang bajaj yang terparkir di depan LP Kelas IA Semarang, Selasa (4/5/2021) siang.

Bajaj itu milik Didik, 35, seorang warga asal Boyolali yang sudah lama merantau di Jakarta. Didik berhenti di depan LP yang populer disebut Lapas Kedungpane, siang itu untuk melepas penat. Ia hampir 18 jam berkendara dengan bajaj.

Promosi Oleh-oleh Keripik Tempe Rohani Malang Sukses Berkembang Berkat Pinjaman BRI

Ia mengaku baru saja melakoni perjalanan panjang dari Jakarta. Perjalanan itu dilakoni agar bisa mudik dan merayakan Lebaran di kampung halaman, di Gedangan, Cepogo, Boyolali. “Ini istirahat yang keempat. Sebelumnya, saya beristirahat di Karawang, Subang, dan Tegal,” ujar Didik saat berbincang dengan wartawan di depan Lapas Kedungpane.

Baca Juga: Hari ini Bakal Jadi Puncak Arus Mudik, Ganjar Minta Penyekatan Diperketat

Ekspedisi Mudik 2024

Didik mengaku sudah setahun lebih tidak pulang ke kampung halamannya akibat pandemi Covid-19. Oleh karenanya, Lebaran tahun ini ia pun bersikeras untuk mudik. Ia tak mau lagi merasakan sepinya merayakan Lebaran seorang diri di tanah perantauan. Selama ini, ia tinggal di kawasan Tebet, Jakarta Selatan.

mudik dengan bajaj
Didik tengah merapikan spion bajaj miliknya yang digunakan untuk mudik dari Jakarta ke Boyolali saat berhenti di Semarang, Selasa (4/5/2021). (Solopos.com/Imam Yuda S.)

“Dari Tebet tadi malam sekitar pukul 20.00 WIB. Sampai di sini [Kota Semarang] sekitar pukul 12.00 WIB. Insyallah sampai Boyolali nanti pukul 15.00 WIB,” tuturnya.

Didik mengaku diliputi perasaan waswas saat hendak mudik kali ini. Hal ini dikarenakan gencarnya pemberitaan di media massa terkait larangan mudik Lebaran 2021. Ia pun menyiasati mudik lebih awal atau sebelum larangan mudik diterapkan mulai 6 Mei 2021. Menurutnya selama bus masih diizinkan jalan, mudik masih diperbolehkan.

Baca Juga: Tentara & Polisi Jateng Bagikan Ribuan Takjil

Perjalanan Malam

“Kalau mudik tanggal 6 Mei takut disuruh putar balik. Jadi, saya pilih mudik lebih awal. Selain itu, perjalanan juga harus malam hari untuk menghindari petugas,” tuturnya.

Kendati demikian, ia sangat berhati-hati. Terutama saat melintasi wilayah Bekasi hingga Cirebon yang kabarnya banyak pos penyekatan pemudik. Namun, rupanya banyak pos yang belum dijaga petugas. Pun demikian, saat memasuki kawasan Mangkang, Kota Semarang.

Alhasil, meski tanpa dilengkapi surat bebas Covid-19, Didik sukses menempuh perjalanan Jakarta-Semarang sejauh 453 kilometer (km). Sepanjang perjalanan, Didik mengaku tak mengalami banyak hambatan.

Mudik dengan bajaj ini bukan yang pertama bagi Didik. Setidaknya sudah empat kali Didik menggunakan kendaraan roda tiga ini. Ia hanya absen mudik pada tahun lalu, saat awal pandemi Covid-19 meledak.  Menurutnya, mudik menggunakan bajaj jauh lebih irit dibanding menggunakan moda transportasi umum
seperti bus.

Baca Juga: Jateng Larang Salat Id Berjemaah di Zona Merah & Oranye

“Mudik dengan bajaj hanya butuh dana Rp300.000. Itu untuk beli Pertalite sekitar 25 liter serta makan dan kopi. Kalau naik bus minimal butuh ongkos Rp450.000. Selain itu, bajajnya juga bisa buat silaturahmi ke rumah sanak saudara,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya