SOLOPOS.COM - Warga Dukuh Sekaran, Desa Banaran, Kecamatan Delanggu melepasliarkan burung ke alam bebas, Minggu (20/11/2022). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Warga Dukuh Sekaran, Desa Banaran, Kecamatan Delanggu menggelar pelepasliaran burung, Minggu (20/11/2022). Kegiatan itu menjadi agenda rutin warga setiap tahun dan kali ini memasuki tahun keempat.

Pelepasliaran burung dilakukan di halaman Sanggar Bocah Jawa yang menghadap ke area persawahan serta dikelilingi rimbunnya pepohonan. Selain pelepasliaran burung, rangkaian kegiatan diisi dengan teatrikal yang diperankan anak-anak Dukuh Sekaran bercerita tentang perlindungan burung.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kegiatan itu juga diisi dengan sosialisasi dan workhsop dari komunitas pecinta hewan reptil Exalos Indonesia. Tak hanya warga setempat, kegiatan tersebut dihadiri pelestari serta pecinta burung di Klaten.

Salah satu warga Dukuh Sekaran sekaligus ketua panitia kegiatan, Paryanto, 52, mengatakan terdapat 155 burung yang dilepasliarkan ke alam bebas pada Minggu. Jenis burung itu diantaranya 100 perkutut, 35 cerocokan, serta 20 jalak kebo.

Guna menggelar kegiatan tersebut, warga didukung dari Pelestari Burung Indonesia (PBI), asosiasi penangkar burung, serta pengusaha di sekitar Dukuh Sekaran.

Baca Juga: Ngupit Klaten, Salah Satu Kawasan Tertua di Indonesia Kini Berumur 1.156 Tahun

“Kegiatan ini merupakan tahun keempat dan biasa kami gelar berdekatan dengan Hari Hewan Sedunia,” kata Paryanto.

Kegiatan itu dilatarbelakangi keprihatinan warga terhadap keberadaan satwa terutama burung yang semakin jarang terlihat terbang bebas di wilayah Dukuh Sekaran. Selain itu, banyak pemburu burung yang berdatangan ke wilayah Dukuh Sekaran.

“Kami rindu akan keadaan alam sesungguhnya. Empat tahun lalu kami ingin mendengarkan burung perkutut berkicau itu sudah tidak terdengar lagi,” kata dia.

Diinisiasi salah satu warga setempat, warga mulai melakukan gerakan perlindungan burung serta satwa liar lainnya. Warga terutama dari kelompok karang taruna kemudian memasang papan larangan berburu burung dan satwa liar lainnya.

Baca Juga: Polisi Buru Seorang Pencuri Burung di Nanggulan Cawas Klaten

Kelompok karang taruna di sekitar Dukuh Sekaran ikut diajak menjaga kelestarian satwa di lingkungan mereka. Hingga muncul kegiatan pelepasliaran burung ke alam bebas.

Upaya melestarikan satwa di alam bebas itu didukung kondisi lingkungan di Dukuh Sekaran. Meski berada di tepi jalan raya Jogja-Solo, wilayah Dukuh Sekaran masih banyak terdapat pepohonan rindang dan ruang terbuka yang cukup luas.

Upaya warga yang konsisten menjaga keberadaan satwa liar di lingkungan mereka membuahkan hasil. Kicauan burung di alam bebas terdengar lagi. Para pemburu satwa kini tak terlihat.

“Alhamdulillah dari pantauan kami melalui kegiatan ini burung-burung yang dilepasliarkan sudah beranak pinak. Ada beberapa burung yang turun ke jalan itu meloloh anaknya. Ini menjadi kebanggaan kami,” kata dia.

Baca Juga: Wisata Hutan Gergunung Klaten, Ada Miniatur Menara Apam hingga Cerobong Asap

Kegiatan pelestarian satwa tersebut bakal terus dilakukan warga. Tak berlebihan jika dukuh itu mulai menjadi kampung lindung satwa.

“Insyaallah harapan ke depan, kami bisa melepasliarkan satwa lainnya selain burung. Sesederhana apapun kegiatannya, ini niat kami untuk ikut melakukan gerakan pelestarian alam,” kata dia.

Inisiator kegiatan pelepasliaran burung, Riyanta, menjelaskan sekitar tujuh tahun silam dia mulai tinggal di Dukuh Sekaran. Awalnya dia merasa prihatin dengan kondisi alam di wilayah Sekaran yang masih banyak pepohonan namun tak banyak burung terlihat terbang bebas. Apalagi, bermunculan para pemburu satwa tersebut.

Riyanta kemudian mulai mengajak warga melakukan perlindungan terhadap satwa, terutama burung yang masih tersisa di alam melalui rapat kampung. Ide Riyanta itu didukung kelompok karang taruna. Mereka mulai melakukan gerakan perlindungan satwa.

Baca Juga: Top! Omah Limbah Gempol Klaten Segera Ekspor Maggot ke Tiongkok

“Lewat kelompok pemuda, kami bikin papan-papan larangan berburu dan itu efeknya luar biasa. Dari biasanya ada lima sampai 10 pemburu yang datang sejak saat itu mulai berkurang,” kata Riyanta.

Hingga pada 2019, warga mulai berkeinginan menjadikan kampung mereka sebagai kampung lindung burung. Warga melakukan gerakan pelepasliaran burung.

Awalnya, warga secara swadaya menyumbangkan burung untuk dilepasliarkan. Inisiasi warga itu kemudian mendapatkan respons dari pemerintah desa hingga para pecinta burung di Klaten. Mereka pun ikut mendukung kegiatan yang konsisten digelar warga Dukuh Sekaran itu.



Ketua PBI Klaten, Supriyanto, mengapresiasi konsistensi warga Dukuh Sekaran melindungi satwa yang ada di kampung mereka. Apalagi, kegiatan itu melibatkan anak-anak.

Baca Juga: Rugi Geden! 4 Burung Murai Pak Lurah Tonggalan Klaten Diembat Maling

Kegiatan itu memberi angin segar terhadap upaya perlindungan satwa terutama di Kabupaten Bersinar.

Pemerhati Burung asal Klaten, Sigit Marwanta, dalam sambutannya mengapresiasi kegiatan tersebut. Pemilik lovebird Kusumo yang dulu fenomenal dengan harga Rp1 miliar lebih itu mengungkapkan kegiatan pelepasliaran burung itu bisa menjadi sarana agar masyarakat Dukuh Sekaran diberikan keberkahan rezeki.

“Insyaallah, semoga masyarakat di sini mendapatkan rezeki yang berlimpah dan anak-anaknya menjadi orang hebat. Walaupun tahun kemarin ada pandemi COVID-19 namun kegiatan pelepasliaran burung tetap bisa berjalan. Semoga acara seperti ini bisa berlangsung terus setiap tahun,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya