SOLOPOS.COM - Caroline Rika Winata (Foto istimewa/dok pribadi)

Caroline Rika Winata,41, semakin serius untuk berkarya menghasilkan lembaran-lembaran kain warna-warni yang indah

Harianjogja.com, JOGJA- Terjun di bidang seni tekstil sejak 1995 silam membuat Caroline Rika Winata,41, semakin serius untuk berkarya menghasilkan lembaran-lembaran kain warna-warni yang indah.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Saat masa kuliah di Kriya Tekstil, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia, Jogja, Rika aktif mengikuti sejumlah pameran-pameran seni rupa dan belajar banyak hal tentang fashion, salah satu yang menarik minatnya yakni soal teknik celup ikat tradisional atau yang lebih dikenal dengan Jumputan atau Tie Dye.

Teknik tie dye, bagi Rika memiliki keunikan dan keasyikan tersendiri. Teknik tie dye membentuk motif dengan pewarnaan yang unik setelah melalui proses ikat, jumput, dan celup.

“Dari awal tertarik untuk bikin teknik celup ikat karena punya banyak kejutan setelah ikatan pada kain dibuka,” kata perempuan kelahiran Bandung ini.

Lebih dari 20 tahun tinggal di Jogja, karyanya disambut hangat. Sejak akhir tahun 2000 Rika semakin giat melakukan eksperimen dan berfokus pada pengerjaan teknik Tie Dye.

Akhirnya, Rika memutuskan untuk melahirkan sebuah brand di Jogja dengan nama ‘Wiru’ dengan membangun sebuah studio dan ruang pamer ‘Wiru Handmade Tie Dye & Batik‘ di kawasan Sekarpetak, Bantul.

Selama ini Rika terus melakukan eksperimen dan inovasi pada setiap karyanya terutama untuk desain, kekayaan warna, serta eksplorasi kain. Beberapa kain yang pernah digunakannya yakni kain Tenun, Sutra, Katun khas dari berbagai daerah di Indonesia seperti Solo, Pekalongan, Klaten.

Atas semangatnya ia berkarya, Rika pernah mendapatkan penghargaan yakni Fifth Winner of “Batik World”, The International Batik Competition, 1997, Nominasi The International Batik Competition dan Jogjakarta Batik Festival, 2000

Di Indonesia sendiri, kain ikat celup tradisional masih sering digunakan di pelaksanaan kegiatan adat, salah satunya sebagai busana siraman, salah satu adat dalam upacara pernikahan masyarakat jawa.

Sementara, jauh ke depan, melalui ‘Wiru’ pun Rika ingin membawa teknik ikat celup tradisional Indonesia hingga ke internasional. Namun, tak mudah bagi Rika untuk menuju kesana, ia harus melakukan sejumlah proses, salah satunya yakni membuat produk fashion yang ramah lingkungan. Diakuinya selama ini ia masih menggunakan pewarna sintetis, namun dengan limbah yang sudah diolah dengan baik.

“Selain itu juga berupaya membuat produk non toxic, karena menjadi salah satu syarat ketika mengirim barang ke luar negeri,” terang Rika

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya