SOLOPOS.COM - Rico Andriyanto (HARIAN JOGJA/KURNIYANTO)

Rico Andriyanto (HARIAN JOGJA/KURNIYANTO)

Rico Andriyanta, pesepak bola belia dari Kecamatan Playen, Gunungkidul, kembali menorehkan catatan gemilang dalam kariernya di level junior. Namanya terpilih dalam 20 pemain Indonesia Sociedad Anonima Deportivo (SAD) yang akan berkompetisi di Uruguay, Amerika Selatan, Maret hingga November 2012 mendatang.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Jika Rico mampu menunjukkan performa yahud selama di Uruguay, bukan tak mungkin masa depannya sebagai pesepak bola profesional bakal cerah. Sejak program pembinaan pemain usia muda  digulirkan PSSI pada 2008, sejumlah nama berhasil menembus klub profesional di Amerika Latin dan Eropa, meski baru sebatas di tim cadangan atau kompetisi level rendah.

Rico adalah salah satu dari empat pebola junior di DIY yang berhasil lolos seleksi SAD. Putra bungsu pasangan Hartini-Sartono itu mengaku hanya beruntung. Saat ikut seleksi, dia bahkan tak berharap bisa lolos.

“Sebenarnya waktu dikabari sama Indonesian Football Academy [IFA], saya sempat bingung mau diambil atau tidak. Soalnya seleksi di Jakarta, kebetulan orangtua lagi tidak memiliki uang buat membiayai seleksi,” terangnya di rumah orangtuanya di Logandeng, Playen, Selasa (24/1).

“Saya dikasih uang Rp350.000 buat ongkos ke Jakarta. Uang itu hasil meminjam tetangga,” ungkapnya polos.
Tekad bulat Rico berbuah manis. Rico lolos seleksi mengalahkan ratusan pemain yang tersebar di seluruh sekolah sepak bola di Indonesia. “Ada sekitar 200 pemain. Saya mewakili IFA. Dalam seleksi itu disaring 48 pemain, dan diseleksi lagi menjadi 20 pemain,” terangnya.

Usai dipastikan masuk sebagai anggota Indonesia SAD, Rico bertekad menjadi yang terbaik. Pasalnya, 20 pemain SAD akan diplot sebagai pemain Timnas Indonesia U-19. Dia kini lebih berhati-hati dalam menjaga kebugaran fisik karena dia akan terbang ke Uruguay akhir bulan ini.

Bagi Hartini, 40, ibunda Rico, bukan perkara mudah ditinggal putra tercintanya berbulan-bulan.  “Enam bulan bukan waktu yang singkat,” ujarnya.

Namun, kerinduan itu sedikit terobati dengan perasaan bangga di hati. Pasalnya, putranya juga membawa nama Gunungkidul. Sebelumnya, pada April 2011 lalu, Rico bersama IFA berlatih di Akademi Sepak Bola Leicester City, Inggris.

“Saya ditinggal sebulan tanpa telepon atau SMS dari Rico karena memang tidak diperbolehkan,” katanya.
Menurut Hartini,selama ini keluarga sangat mendukung Rico dalam berkarier. Meski ayah Rico hanya bekerja sebagai buruh kayu serabutan dan Hartini hanya ibu rumah tangga, masa depan Rico harus diperjuangkan. “Setiap kali Rico mau ikut turnamen, saya ngutang sana-sini, waktu dia SD, setiap minta beli sepatu bola saya mesti kebingungan,” ujarnya.(Wartawan Harian Jogja/Kurniyanto)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya