SOLOPOS.COM - Demonstrasi kebebasan pers di Hong Kong, Minggu (2/3/2014). (JIBI/Solopos/Reuters/Tyrone Siu)

Solopos.com, HONG KONG — Seorang mantan redaktur surat kabar di Hong Kong diserang orang tak dikenal dengan sebilah golok di siang bolong, beberapa hari lalu. Menyusul tindak kekerasan terhadap wartawan itu, Minggu (2/3/2014) ini, ribuan warga setempat turun ke jalan-jalan guna memprotes ancaman terhadap kebebasan pers.

Kevin Lau, mantan redaktur Harian Ming Pao, dalam kondisi kritis setelah diserang secara brutal Rabu (26/2/2014). Organisasi-organisasi internasional yang mengamati media massa menilai aksi itu sebagai peringatan atas terancamannya kebebasan pers di kota, mengingat Beijing juga berusaha memperketat kendali pemerintah atas media massa.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sebagai reaksi atas musibah yang menimpa wartawan itu, digelar aksi unjuk rasa yang diikuti ribuan orang termasuk wartawan, pegiat, dan anggota parlemen. Polisi menyebut jumlah orang yang berunjuk rasa itu sekitar 8.600, namun aktivis penyelenggara demonstrasi itu menyebut angka 13.000 orang.

Para pengunjuk rasa yang berpakaian hitam itu membawa poster yang antara lain bertuliskan, ”Mereka dapat membunuh kita semua”. Mereka mengutuk serangan brutal itu atas Lau dan mendesak polisi memecahkan kasus itu segera dan menyatakan para wartawan tidak akan goyah diguncang kekerasan.

“Kami perlu memberi tahu kekuatan jahat bahwa pisaumu tak akan menggoyahkan kami,” kata Ketua Asosiasi Wartawan Hongkong, Sham Yee-lan, kepada wartawan di luar kantor-kantor pemerintah, sebelum bergerak ke markas polisi untuk menyampaikan petisi dengan 30.000 tanda tangan.

Ronan Chan, mahasiswa jurusan jurnalistik, mengatakan kepada Kantor Berita AFP yang dikutip Kantor Berita Antara, “Saya masih ingin menjadi wartawan. Saya tak akan terpengaruh oleh insiden itu… Satu tempat tanpa kebebasan berbicara bukan masyarakat berbudaya.”

Kondisi Lau dilaporkan membaik, Sabtu (1/3/2014), ketika dia dikeluarkan dari unit gawat darurat rumah sakit ke unit lain yang mendapat pengawasan, menyapa para wartawan dengan lambaian tangan. Dalam rekaman suara yang diperdengarkan melalui pengeras suara dalam pawai itu, Lau mengatakan, “Kita ditakut-takuti dengan kekerasan. Kalau kita takut, kita akan kehilangan kemerdekaan. Saya harap semua wartawan yakin ada keadilan.”

“Orang-orang hendaknya jangan asal menerima kemerdekaan. Kita jangan asumsikan tak akan pernah berubah. Siapa saja harus menjaganya,” katanya. Serangan atas Lau membuat kaget satu kota yang dikenal karena keamanannya, mendorong pemimpin Hongkong Ketua Eksekutif Leung Chun-Ying yang menekankan bahwa kebebasan berbicara akan dilindungi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya