SOLOPOS.COM - Sekitar 10.000 santri mengikuti apel santri sebagai puncak perayaan Hari Santri Nasional (HSN) 2017 di Bantul, Minggu (22/10/2017). (Rheisnayu Cyntara/JIBI/Harian Jogja)

Sebanyak 3.000 santri meriahkan puncak perayaan Hari Santri Nasional (HSN) DIY 2017).

Harianjogja.com, JOGJA— Sebanyak 3.000 santri dari 33 pondok pesantren (ponpes) mengampanyekan harmoni Islam dan nasionalisme di Indonesia. Ribuan warga itu berkampanye mulai dari DPRD DIY di kawasan Malioboro menuju Alun-Alun Utara pada Minggu (29/10/2017).

Promosi Iwan Fals, Cuaca Panas dan Konsistensi Menanam Sejuta Pohon

Wakil Rais Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DIY, Habib A Syakur menyatakan, bahwa gerakan nasionalisme Indonesia tidak bertentangan dengan Islam. “Dari awal, NU selalu di depan dalam perang kemerdekaan RI hingga mengisi kemerdekaan itu,” kata Habib A Syakur, Minggu (29/10/2017).

Pengurus di PWNU juga menyatakan bahwa kemerdekaan RI justru terganggu oleh ideologi selain Pancasila. Karenanya kata dia, kalangan NU dan Banser (sayap organisasi NU) akan akan bersikap terhadap pihak-pihak yang berseberangan dengan ideologi Pancasila. “PBNU [Pengurus Besar Nahdatul Ulaman] itu Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 45,” jelas dia.

Ditambhakannya, pakaian tradisional, gunungan, beserta tradisi lainnya yang dihadirkan dalam acara yang diikuti para santri tersebut juga sebagai lambang yang seirama dengan Islam.

Senada dengan Habib A Syakur, Nur Hasaini yang menjadi ketua kontingen Bregada Raden Santri dari Pondok Pesantren Al-Imdad mengatakan, kehadiran santri dan Islam di Indonesia bukan menjadi ancaman bagi nasionalisme. “Kirab ini membuktikan bahwa santri peduli dengan negara,” jelas pria yang kuliah di Institusi Ilmu Al-Quran itu.

Bregada Raden Santri yang dibawahi Hasain itu membawa replika Burung Garuda dan gunungan hasil bumi dalam acara bertajuk Kirab Grebeg Santri. Menurut Hasain, dua lambang yang dibawanya itu adalah cerminan bahwa santri itu mendukung keberadaan Indonesia. “Ini kecintaan kami kepada NKRI, untuk hasil bumi adalah hasil santri yang menunjukan kemandirian,”jelasnya.

Acara yang berlangsung hingga pukul 17.00 WIB itu diakhiri dengan penampilan grup musik Fazan di Alun-Alun Utara. Acara ini sekaligus menjadi puncak peringatan Hari Santri Nasioal PWNU DIY yang telah dimulai sejak awal Oktober.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya