Solopos.com, BADUNG — Sebanyak 2.500 penjor atau bambu dengan hiasan daun kelapa muda yang umumnya dipasang umat Hindu di Bali menjelang hari raya dipasang di jalan guna menyambut delegasi KTT G20.
Gubernur Bali Wayan Koster mengatakan penjor tersebut dipasang dari Bandara I Gusti Ngurah Rai menuju lokasi pertemuan dan hotel yang ditempati petinggi G20 pada Selasa-Rabu (15-16/11/20222). Pemasangan penjor itu telah dimulai sejak 9 November lalu. Seluruh dana pemasangan penjor ini berasal dari Pemprov Bali sebesar Rp3,5 miliar, namun pengerjaannya sepenuhnya digarap masing-masing desa adat.
Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda
“Desain penjornya sudah diberikan, penjor yang istimewa seperti yang suka dilombakan di Kerobokan. Wah, keren banget klasik Bali yang unik dan nilai seninya luar biasa,” kata dia, seperti dilansir dari Antara. Penjor-penjor tersebut dibagi menjadi dua jenis yaitu madya atau menengah yang dipasang di jalan raya, sementara jenis utama dipasang di lokasi pertemuan seperti venue utama G20, Hotel The Apurva Kempinski, dan Kawasan Mangrove.
Budayawan Bali, Wayan Westa, dihubungi Solopos.com, Selasa (15/11/2022), menyampaikan penjor lazim dipasang pada Hari Raya Galungan dan Kuningan, serta dalam beberapa upacara tertentu di Bali. “Pemasangan penjor pada hari suci itu jelas tak sekadar sebagai hiasan, tetapi memiliki fungsi sebagai sarana upacara. Artinya penjor sebagai sarana upacara yang disakralkan,” kata dia.
Kemudian pada perkembangan belakangan ini, sambungnya, fungsi penjor beralih juga untuk hal-hal profan atau pemakaiannya di luar kegunaan upacara suci di Bali. Misalnya pada hari-hari khusus keagamaan masyarakat Kristen di Bali, penjor juga dipasang di gereja-gereja.
Baca Juga: Cerita William Wongso Kreasikan Menu Kuliner untuk Peserta KTT G20
“Ini tidak salah, tapi pemakain itu mengaburkan fungsi penjor dalam upacara-upara penting di Bali, yang paling umun dilakukan saat Hari Raya Galungan dan Kuningan oleh masyarakat Hindu Bali, tentu,” jelasnya.
Nah, bagaimana dengan penjor yang dipergunakan di luar peruntukan upacara? Wayan Westa mengatakan apabila penjor yang dibuat itu lengkap [dalam arti pirantinya lengkap] sebagaimana tatwa yang diyakini orang Bali, sesungguhnya peruntukan itu menyalahi tatwa.