SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SUKOHARJO — Ribuan pelayat melepas kepergian Ketua Yayasan Pendidikan Al-Mukmin Ngruki, Ustaz Wahyudin, untuk selamanya, Minggu (4/8/2019) malam.

Ustaz Wahyudin meninggal dunia di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Solo karena penyakit komplikasi yang dideritanya. Tak hanya keluarga, duka mendalam juga dirasakan umat muslim di Soloraya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal ini terlihat saat proses pemberangkatan jenazah perintis Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki menuju tanah kelahirannya di Cikoneng, Ciamis, Jawa Barat, untuk dimakamkan.

Pantauan Solopos.com, pelayat mulai berdatangan ke Ponpes Al Mukmin Ngruki, Desa Cemani, Kecamatan Grogol, Sukoharjo, sejak sore hari. Ribuan pelayat sebagian besar alumni ponpes datang dari berbagai daerah.

Ekspedisi Mudik 2024

Para pelayat kemudian melaksanakan Salat Magrib berjamaah di Masjid Baitussalam kompleks Ponpes Al Mukmin Ngruki sebelum dilakukan salat jenazah. Seusai salat jenazah, almarhum diberangkatkan ke Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, pukul 20.00 WIB.

Ustaz Wahyudin akan dimakamkan di kompleks Ponpes Nurussalam, Kecamatan Cikoneng, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Senin (5/8/2019).

“Ribuan orang dari berbagai wilayah di Jawa Tengah datang ke ponpes untuk melayat. Sebagian besar mereka adalah alumni Ponpes Al Mukmin Ngruki,” kata juru bicara ponpes, Muchson.

Ia mengajak pada warga agar ikut mendoakan amarhum Ustaz Wahyudin. Keluarga besar ponpes sangat kehilangan dengan meninggalnya Ustaz Wahyudin.

Ustaz Wahyudin lahir pada 18 Juli 1952 di Ciamis, Jawa Barat. Setelah lulus dari Ponpes Gontor pada 1970, dia kemudian mengabdi menjadi guru di Al-Mukmin dan dikenal sebagai perintis ponpes tersebut.

Ustaz Wahyudin merupakan menantu salah satu pendiri Ponpes Al-Mukmin Ngruki di Cemani, Sukoharjo, Abdullah Sungkar. Pada 1972, Abdullah Sungkar mendirikan ponpes tersebut bersama Abu Bakar Ba’asyir dan empat orang lainnya.

Ustadz Wahyudin menikah dengan putri dari Abdullah Sungkar. Wahyudin kemudian ditunjuk sebagai Direktur Ponpes Al-Mukmin pada 2000. Pada 2017, dia ditunjuk menjadi Ketua Yayasan Pendidikan Al-Mukmin hingga saat ini.

Muchshon menilai Wahyudin merupakan sosok yang tegas dan memiliki keahlian dalam bahasa Arab. Selama di Ngruki pun dia mengajarkan ilmu-ilmu yang berhubungan dengan bahasa.

“Ilmu bahasanya sudah diakui, baik dari sisi sastra, tata bahasa, beliau ahli. Dulu beliau mengajar ilmu yang berkaitan dengan bahasa Arab, seperti nahwu dan lain-lain,” kata dia.

Sejak dua hari yang lalu, Wahyudin dirawat di RS PKU Muhammadiyah Solo karena penyakit diabetes dan masalah pernapasan. Dia mengembuskan napas terakhir pada Minggu (4/8/2019) pukul 15.35 WIB.

Wahyudin wafat pada usia 67 tahun. Dia meninggalkan seorang istri, Muslihah, delapan orang anak, dan 11 cucu. Menurut putra pertama Ustaz Wahyudin, Dzikky Ridwanullah, ayahnya dimakamkan di tanah kelahirannya di Ciamis sesuai wasiat yang diberikan kepadanya.

“Bapak itu sosoknya tegas dan memiliki keyakinan yang kuat,” katanya.

Di mata keluarga, Wahyudin merupakan sosok yang sayang keluarga. Dia juga tidak pernah mengeluh dan selalu berpikir apa pun yang terjadi adalah takdir Allah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya