SOLOPOS.COM - Sekujur tangan dan kaki Supiyati penuh luka bekas keluarnya paku yang tertanam di balik kulit. Paku yang masih tertanam terlihat jelas menyembul dan membuat Supiyati meringis kesakitan tiap kali bergerak, Rabu (26/9/2012). (Foto: Dinda LR/JIBI/Harian Jogja)

Sekujur tangan dan kaki Supiyati penuh luka bekas keluarnya paku yang tertanam di balik kulit. Paku yang masih tertanam terlihat jelas menyembul dan membuat Supiyati meringis kesakitan tiap kali bergerak, Rabu (26/9/2012). (Foto: Dinda LR/JIBI/Harian Jogja)

BANTUL—Penyakit aneh dialami salah satu pasien RS Nur Hidayah, Jetis, Bantul, Supiyati, 25. Tanpa sebab yang jelas, selama sekitar 1,5 tahun, sudah lebih dari 2.000 paku dan jarum keluar dari sekujur kaki dan tangan warga Arjomulyo, Oku Timur, Palembang, Sumatera Selatan itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ditemui di ruang Shafa No.15 kelas III RS Nur Hidayah, Rabu (26/9/2012), ayah Supiyati, Sagiran, 56, menuturkan, gejala penyakit aneh yang diderita putri kedua dari empat anaknya itu bermula sejak 22 Juli 2010. Saat itu, Supiyati tengah melangsungkan akad nikah di Arjomulyo, Sumsel.

“Saat akad nikah, Supiyati mendadak pingsan,” kenang pria asli Dusun Seropan, Muntuk, Dlingo yang transmigrasi ke Palembang sejak 1977 silam.

Empat bulan berselang setelah akad nikah, Supiyati juga sempat tak sadarkan diri selama 31 hari.

“Seperti mati suri. Tanpa makan, minum, atau buang kotoran,” imbuh petani karet itu.

Karena dukun setempat mengatakan Supiyati akan segera sembuh, keluarganya tidak berinisiatif membawanya ke rumah sakit. Tidak lama setelah Supiyati siuman, dari kaki kanannya keluar sebatang jarum kecil.

Seiring waktu berjalan, tidak hanya jarum, paku bermacam jenis dan ukuran juga bermunculan dari kedua tangan dan kaki Supiyati. Tidak kuat menahan rasa sakit dan nyeri akibat logam yang tertanam di tubuhnya, Supiyati pernah dibawa berobat ke dua RS di Sumatera. “Kata dokter di sana hanya karena infeksi,” ujar Sagiran.

Karena tidak ada perkembangan berarti, pihak keluarga memutuskan membawa Supiyati kembali ke tanah kelahiran ayah dan ibunya, Poniyem, 47 di Dusun Seropan, Dlingo, Bantul.

Selama 25 hari dirawat di rumah, Selasa (25/9/2012) siang, Supiyati akhirnya dilarikan ke RS Nur Hidayah. Tergolek di ranjang RS Nur Hidayah, kemarin, Supiyati mengaku tidak tahu penyebab penyakitnya. “Rasanya panas seperti gejala herpes setiap kali ada paku baru yang masuk ke tubuh,” terangnya.

Karena paku-paku itu terus keluar dan masuk tubuhnya, selama 1,5 tahun Supiyati tidak dapat beraktivitas layaknya orang sehat. Sekadar berjalan saja Supiyati merasa kesakitan. Sebab, banyak paku tertanam dan terlihat jelas di kedua tumitnya.

“Selama di sana (Sumatra), saya dan suami tidak punya musuh atau terlibat masalah dengan orang lain,” jelasnya.
Paku terus saja menyembul di balik permukaan kulitnya. Setiap keluar, biasanya ada tiga paku sekaligus yang dililit rambut panjang.

Karena kondisi fisik Supiyati masih lemah setelah menjalani terapi rukiah oleh tim spiritual RS Nur Hidayah, Selasa (25/9/2012) malam, jadwal operasi untuk mengeluarkan puluhan paku yang tertanam di tubuhnya diundur.

“Operasi dijadwalkan nanti malam. Kami memohon bantuan doa kesembuhan kepada semua yang menerima berita ini,” kata Direktur RS Nur Hidayah, Arrus Ferry saat menemui wartawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya