SOLOPOS.COM - Para petani ikan karamba apung memilah-milah ikan jenis nila di kawasan Waduk Gajah Mungkur (WGM), Selasa (11/11). Ribuan ekor ikan yang dibudidaya di karamba apung WGM mati. (Bony Eko Wicaksono/JIBI/Solopos)

Solopos.com, WONOGIRI–Ribuan ekor ikan yang dibudidaya di karamba apung Waduk Gajah Mungkur (WGM) mati sejak beberapa hari terakhir. Kondisi ini membuat para petani ikan karamba apung resah.

Informasi yang dihimpun Solopos.com, Selasa (11/11/2014) menyebutkan kematian ikan di karamba apung WGM merupakan siklus tahunan memasuki pergantian musim atau pancaroba.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Mayoritas ikan yang dibudidaya jenis nila dan patin. Akibatnya, para petani merugi hingga ratusan juta bahkan miliaran rupiah.

Seorang petani ikan karamba apung WGM, Sardi, mengatakan jumlah ikan yang mati sekitar satu-dua ton/hari. Kondisi ini terjadi sejak turunnya hujan yang mengguyur Wonogiri dua hari lalu.

Menurutnya, ikan mudah mati lantaran air waduk surut sehingga mempengaruhi kandungan oksigen di dalam air.

“Kandungan oksigen menipis karena air waduk menyusut. Ikan yang mati berjumlah ribuan ekor setiap hari,” katanya saat ditemui Solopos.com, Selasa (11/11).

Biasanya, ikan yang mati langsung dikubur di sekitar area WGM dan jauh dari kawasan karamba apung. Kemungkinan jumlah ikan mati bakal bertambah memasuki musim penghujan.

Air hujan akan membawa pasir pinggir waduk yang juga mempengaruhi kandungan oksigen di dalam air.

Menurut dia, kondisi ini dipastikan terjadi saat musim pancaroba setiap tahun. Namun, hingga sekarang belum ada solusi alternatif untuk mengantisipasi kematian ikan saat musim pancaroba.

“Setiap tahun seperti ini [ikan mati saat musim pancaroba]. Kondisi ini memukul para petani ikan karena merugi ratusan juta,” tandas dia.

Karamba Apung
Hal senada diungkapkan seorang petani ikan karamba apung lainnya, Suwarno. Kematian ribuan ekor ikan terjadi di setiap karamba apung milik petani ikan.

Jumlah ikan yang mati bervariatif sekitar satu-dua ton/hari. Kondisi ini bakal berakhir setelah ketinggian permukaan air waduk kembali normal.

Dia membeberkan kondisi serupa pada musim pancaroba 2013 lalu. Kala itu, jumlah ikan yang mati mencapai lebih dari 10 ton. Bahkan, pada 1995 silam, jumlah ikan yang mati mencapai sekitar 100 ton.

“Para petani sudah tak kaget jika ada ikan mati saat musim pancaroba. Permasalahannya, hingga sekarang belum ada solusinya,” papar dia.

Ditemui terpisah, Kepala Desa Sendang, Kecamatan Wonogiri, Budi Hardono, mengatakan kematian ikan tersebut harus mendapat perhatian serius dari instansi terkait. Sebab, kondisi itu merupakan siklus tahunan yang selalu terjadi setiap tahun.

Dia berharap instansi terkait segera mencari solusi untuk mengatasi kematian ikan saat memasuki musim pancaroba.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya