SOLOPOS.COM - Reynhard Sinaga (Daily Mail)

Solopos.com, JAKARTA -- Dilihat dari fotonya, wajah Reynhard Sinaga tak menunjukkan sinyal seorang kriminal. Di balik tutur kata lembut dan sikap bersahabatnya, tersembunyi hasrat menggebu untuk memerkosa sesama jenisnya.

Pada Senin (6/1/2020), Pengadilan Manchester, Inggris, memvonisnya hukuman seumur hidup karena diputuskan bersalah atas kasus serangan seksual terhadap 48 orang dari 1 Januari 2015 sampai 2 Juni 2017.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sebagian di antara korbannya itu bahkan sampai diperkosa berkali-kali. Kepolisian setempat memperkirakan jumlah korban secara keseluruhan dapat mencapai 190 orang.

Dengan raut wajah murah senyum dan kacamata berbingkai yang memperlihatkan sisi terpelajarnya, tak ada satu pun teman ataupun korban yang mengira Reynhard akan kuasa melakukan kejahatan, apalagi tindak pemerkosaan selama 2,5 tahun.

“Dia baik, lemah lembut, dan menyenangkan,” ungkap seorang temannya dari Gay Village di Manchester, dilansir dari The Guardian. “Saya tidak bisa membayangkan jika suatu hari dia ditilang ataupun berkata kasar. Dia seorang yang konvensional.”

Lahir pada 1983 dari sebuah keluarga Katolik di Jambi, Reynhard tiba di Inggris pada 2007 dengan visa pelajar ketika masih berusia 24 tahun. Kehidupan pria muda yang akrab dipanggil Rey ini selama 10 tahun berikutnya, hingga ditangkap pihak berwajib pada 2 Juni 2017, terbilang nyaman sentosa.

Transfer uang tanpa kesulitan mengalir dari ayahnya yang berprofesi sebagian bankir. Selain membiayai sekolah yang nilainya mencapai puluhan ribu poundsterling, sang ayah juga membayarkan sewa flat untuk Rey di Montana House.

Flat yang didiami penyuka sesama jenis ini terletak tak jauh dari klub malam Factory, tempat favoritnya untuk mendapatkan teman pria.

Tak banyak narasi dikisahkan tentang keluarganya. Ia jarang bercerita tentang keluarga ataupun kesehariannya di kampung halaman. Sang ibu memang datang ke sesi hearing pra-persidangan pertama. Tapi ia tidak menghadiri keempat persidangan putranya.

Sejak awal persidangan yang berlangsung mulai Juni 2018 sampai Desember 2019, Rey sendiri mengaku tak bersalah dan mengungkapkan bahwa perbuatannya dilakukan atas dasar suka sama suka.

Dia hidup bebas di Manchester, tidak pernah menyembunyikan perihal orientasi seksualitasnya. Dalam persidangan keempat, Rey mengungkapkan menggunakan aplikasi kencan homoseksual termasuk Grindr dan Hornet.

Tak ada yang tahu dia akan berlaku kriminal dengan memaksakan hubungan seksual terhadap pria lain. Teman-temannya hanya mengetahui bahwa Rey kerap bergonta ganti pasangan.

Soal kamar tidur, dia juga terkesan penuh rahasia. Pada Januari 2015, setelah memerkosa seorang pria berusia 19 tahun, Rey berkoar-koar di sebuah WhatsApp grup bahwa ia telah "menyelamatkan" seorang pria heteroseksual dari pertengkaran dengan kekasihnya.

"SuperRey menyelamatkan pria-pria heteroseksual dari pacar mereka yang mengerikan,” bual Rey sembari mengirimkan foto si korban.

Dari foto yang dikirimkan, teman-temannya dapat melihat kondisi kamar tidur Rey. Saking tak pernah diizinkan memasuki kamarnya, teman-temannya sampai pernah bercanda mengira kamar Rey dipenuhi tumpukan jasad pria.

Selalu Ada Uang

Tak banyak pula teman yang tahu soal "hubungan" yang dijalani Rey. Seorang teman mengungkapkan Rey tidak bisa cepat pulih dari kesedihan setelah putus dari kekasihnya. Dia ingat Rey pernah mengancam minum cairan kimia ketika baru putus dari seorang pria.

Temannya yang lain keheranan dari mana Rey dapat membiayai gaya hidupnya ini. Dia hanya pernah bekerja beberapa kali dalam waktu singkat. Namun ia tidak pernah tampak kekurangan uang.

“Dia selalu bepergian, selalu pergi berlibur. Kami heran dari mana dia mendapatkan uangnya karena sepertinya dia tidak pernah bekerja,” ungkap mereka.

Banyak temannya yang terkaget-kaget ketika tersiar kabar tentang penangkapan Rey, sampai mereka mengetahui soal rekaman pemerkosaan maupun dokumentasi para korban Rey.

Dalam melancarkan operasinya, Rey terungkap mengajak pria-pria mabuk yang dia temui untuk masuk ke dalam unit apartemennya di Manchester. Para mangsanya kemudian dibuat tak sadarkan diri dengan minuman beralkohol yang telah dicampur obat bius. Begitu si korban kehilangan kesadaran, ia langsung menumpahkan hasrat bejatnya.

Aksinya ini kemudian diabadikan oleh Rey dengan menggunakan kamera telepon selulernya. Pihak kepolisian menemukan begitu banyaknya bukti video pemerkosaan yang direkam oleh Rey sendiri.



Obat bius menjadi fakta mengejutkan lain tentang Rey yang tidak diketahui teman-temannya. Yang mereka tahu, Rey tidak pernah menggunakan narkoba ataupun menyinggung soal obat bius gamma hydroxybutyrate (GHB).

Seorang teman dekatnya yang pernah berkolaborasi dalam proyek fotografi, mengatakan Rey adalah "pria manis, bahagia, selalu tersenyum dan tertawa". Ia disukai semua orang.

Dia disebut menghadiri kegiatan gereja yang menyambut seluruh kalangan tanpa memandang etnis, usia, status hubungan, cacat, ataupun orientasi seksual. Pandangan serupa datang dari ibu dan saudara perempuannya di Indonesia. Dalam persidangan kedua, hakim pengadilan Manchester Inggris, Suzanne Gooddard QC, mengungkapkan bahwa tak satu pun dari mereka yang tahu bahwa Rey adalah “pemerkosa berdarah dingin, licik, dan penuh perhitungan”.

"Hampir tidak dapat dipercaya bahwa seseorang yang menganut agama Kristen pada saat yang sama dapat melakukan kejahatan seperti itu,” ujar Gooddard.

Seorang teman ingat bagaimana pihak gereja membantu Rey mengajukan permohonan status di Inggris “dengan alasan ia tidak bisa menjadi seorang gay di Indonesia".

Setelah lulus dari salah satu perguruan tinggi paling bergengsi di Indonesia, ia diterima di Manchester University dari Agustus 2007 untuk mengejar gelar MA dalam sosiologi. Pada Agustus 2012, dia mulai menempuh studi di Leeds University untuk meraih gelar PhD bidang geografi manusia, yang tidak pernah diselesaikannya.

Empat tahun berselang yakni pada Agustus 2016, ia kemudian mengajukan disertasi terkait pria gay dan biseksual Asia Selatan di Manchester, tetapi gagal dan diberi waktu untuk melakukan koreksi.

Tidak jelas apakah dia pernah mengajukan permohonan suaka, tetapi Rey berhasil terus memperpanjang masa tinggalnya di Inggris dengan mengejar gelar PhD.

"Dia berusaha menghindar untuk kembali ke Indonesia dan satu cara untuk melakukannya adalah dengan tetap menempuh pendidikan selamanya,” tutur seorang teman.

Salah satu teman wanita yang mengenalnya dengan baik sampai 2013 mengatakan Rey menganggap dirinya sendiri "Peter Pan kecil".

Dia terlihat lebih muda dari usianya serta bertindak narsis dan agak naif. Dia suka melakukan swafoto dan berselancar di dunia mata sambil mengunggah foto-foto.

Foto terakhir yang diunggahnya diambil pada 1 Juni 2017, sehari sebelum dia ditangkap, menggunakan filter yang memberinya telinga dan kacamata hitam berwarna merah muda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya