SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Harianjogja.com, JOGJA-Museum identik dengan bangunan kuno, menyeramkan dan membosankan. Padahal, dari koleksi di gedung inilah generasi masa kini menengok sejarah masa lalu. Di DIY tidak semua museum dikelola maksimal. Bahkan terkesan ala kadarnya. Namun seiring waktu, saat ini sudah ada beberapa museum yang merevitalisasi diri.

Badan Musyawarah Museum (Barahmus) DIY mencatat ada 32 museum di wilayahnya. Sayangnya, di Kota Pelajar ini tidak semua museum dikelola dengan baik. Staf Seksi Museum Dinas Kebudayaan DIY Sony Saifuddin dari jumlah tersebut, sebagian besar diperlukan adanya pembenahan baik dari manajemen, sumber daya manusia dan sarana. Selain itu, agar tingkat kunjungan mengalami peningkatan diperlukan promosi.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Mengenai tingkat kunjungan ke museum, sejauh ini berdasarkan data di Dinas Kebudayaan DIY, hanya ada empat museum yang mencatatkan tingkat kunjungan tertinggi. Keempat museum tersebut antara lain museum TNI AU, Museum Jogja Kembali, Sonobudaya, dan Ulen Sentalu. Keempat museum tersebut jumlah pengunjungnya dalam sebulan biasanya tidak sampai 5.000 pengunjung.

Akan tetapi, akhir-akhir ini muncul museum yang dikelola secara pribadi tanpa campur tangan dana pemerintah. Salah satunya Memorial Jenderal Besar H. M. Soeharto di Kemusuk, Bantul. Gedung yang lebih dikenal sebagai Museum Soeharto ini  dikelola secara modern. Bangunanya pun terlihat lebih apik dan modern. Bahkan terkesan sebagai rumah hunian. Kesan angker tak nyaris tidak ada. Fasilitas yang sebagian besar sudah berstandar komputer dengan visualisasi yang indah memberikan rasa nyaman bagi para pengunjung.  Karena penataan ini, hingga Maret 2014 ini memorial yang belum genap setahun berdiri tersebut dikunjungi 63.777 orang.

Sony menuturkan upaya peningkatan kunjungan warga dan wisatawan ke museum dilakukan sejak 2013 lalu. Salah satunya dengan menggelar program wajib kunjung ke museum bagi siswa tingkat Sekolah Dasar sejak 2013. Tersedia juga program lain yakni Festival Museum dan Gebyar Museum  dengan melibatkan Barahmus.

Ketua Dewan Peneliti Pusat Studi Pariwisata (Puspar) UGM, Prof Mohammad Baiquni menyatakan museum memiliki dua aspek yang bisa dikembangkan. Selain sebagai pusat dokumentasi serta pengetahuan, museum juga bisa dikembangkan untuk pariwisata. Akan tetapi, pengelola museum dan dinas terkait belum sepenuhnya mampu memaksimalkan dua aspek tersebut. Menurut dia, sudah saatnya pengelola bersama dengan instansi terkait berkolaborasi.

“Memang butuh dana, sumber daya serta promosi yang besar, namun kalau mereka mau bekerjasama pasti akan ada dampak yang positif,” harapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya