SOLOPOS.COM - Suasana di dalam Pasar Klewer, Solo, beberapa waktu lalu. Rencana revitalisasi salah satu pasar tekstil terbesar di Indonesia ini menuai pro-kontra khususnya di kalangan pedagang sendiri sehingga Pemkot Solo untuk sementara waktu menunda upaya pencarian dana untuk revitalisasi itu. (JIBI/SOLOPOS/Sunaryo Haryo Bayu)

Suasana di dalam Pasar Klewer, Solo, beberapa waktu lalu. Rencana revitalisasi salah satu pasar tekstil terbesar di Indonesia ini menuai pro-kontra khususnya di kalangan pedagang sendiri sehingga Pemkot Solo untuk sementara waktu menunda upaya pencarian dana untuk revitalisasi itu. (JIBI/SOLOPOS/Sunaryo Haryo Bayu)

SOLO — Walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo, menyatakan menghentikan sementara upaya mencari dana bantuan revitalisasi Pasar Klewer. Hal tersebut merujuk pro-kontra revitalisasi yang masih berlangsung hingga saat ini. “Kami berhenti dulu sampai konflik ini rampung,” ujar Rudy, Rabu (6/2/2013).

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Pemkot sebelumnya telah mengajukan bantuan dana senilai Rp285 miliar ke Kementerian Perdagangan (Kemendag). Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi, saat berkunjung ke Solo, Oktober 2012 lalu pun telah memberi lampu hijau pencairan dana. Meski demikian, Rudy tak mau gegabah lantaran konflik revitalisasi masih berlangsung. “Saya ingin pro-kontra ini diselesaikan dulu. Saya tidak mau pembangunan Klewer selesai tapi ada masalah di kemudian hari,” tegasnya.

Ekspedisi Mudik 2024

Soal dana revitalisasi yang mencapai Rp300 miliar, Rudy mengaku belum mendapat sepeser pun dana. Disinggung pembiayaan lewat APBD untuk menyokong revitalisasi, dia belum bisa menjawab. “Alokasi APBN dan APBD-nya kami belum tahu. Kami tunggu kesepahaman dengan pedagang dulu,” elaknya.

Ihwal detail engineering design (DED) yang rampung sebelum analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) selesai, Rudy tak mempersoalkannya. Dia menganggap DED bisa dikerjakan lebih dulu sebelum Amdal dan Amdal lalin. “Pembuatan DED itu merujuk feasibility study (FS). Hasil FS kan menyatakan Klewer harus direvitalisasi karena mengalami penurunan kualitas bangunan 2%. Jadi tidak harus menunggu Amdal,” terangnya.

Pihaknya membuka peluang revisi DED dari masukan Amdal dan Amdal lalin. Rudy mencontohkan, jika hasil kajian Amdal Klewer membutuhkan sumur dalam atau penyesuaian drainase, DED siap mengakomodasinya. “Kami juga menjamin kalau ukuran dan lokasi kios pedagang tidak berubah pascarevitalisasi.”

Di lain sisi, Komite Pecinta Cagar Budaya Nusantara (KPCBN) mengusulkan pemindahan lokasi Klewer alih-alih merevitalisasi bangunan. KPCBN menilai kawasan Keraton Kasunanan Solo merupakan pusat budaya, bukan pusat perekonomian. “Sejak Solo berdiri, keraton sudah didesain sebagai pusat budaya dan pemerintahan. Sementara pusat bisnis diletakkan di sekitar Pasar Gede,” ujar koordinator KPCBN, Agus Anwari.

Pihaknya memandang Pasar Klewer bisa dipindah ke kawasan lain seperti Singosaren dan Pasar Jongke. Menurutnya pemindahan tersebut lebih realistis dibanding opsi revitalisasi. Hal itu dilihat dari kebutuhan dana dan kelangsungan aktivitas pedagang ke depan. “Justru kondisi sekarang yang semrawut membuat pembeli enggan masuk pasar,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya