SOLOPOS.COM - Rehab Pasar Klewer (JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)

Rehab Pasar Klewer (JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)

SOLO — Pedagang oprokan Pasar Klewer menolak di relokasi atau dipindah sesuai usulan anggota DPRD Kota Solo dalam pembangunan Pasar Klewer II. Mereka memilih siap ditata namun tidak beranjak dari bangunan Pasar Klewer yang dibangun pada 1971-an.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Kalau kami dipindah, terus uripe golek penghasilan pripun. Pedagang menolak dipindah dari pasar ini, tapi jika Pemerintah Kota (Pemkot) Solo ingin menata pedagang kaki lima (PKL) atau oprokan ya kami siap,” ujar Sekretaris Paguyuban Pedagang Pelataran Pasar Klewer (P4K), Maryono, saat dijumpai wartawan, di Pasar Klewer, Jumat (5/10/2012).

Ekspedisi Mudik 2024

Maryono mengatakan PKL atau pedagang oprokan selalu dijadikan kambing hitam dalam perkara revitalisasi Pasar Klewer. Padahal, menurutnya, PKL turut serta memberikan kontribusi dengan membayar retribusi kepada Pemkot.
“Usulan pemindahan pedagang oprokan bukan solusi yang baik. Jika merunut sejarah, cikal bakal berdirinya Pasar Klewer justru diawali dengan adanya PKL yang berjualan batik. Kemudian pemerintah membangunkan pasar. Jangan sampai ada  pepatah kacang lupa akan kulitnya,” papar Maryono.

Penolakan relokasi diutarakan Ketua Kelompok 9 P4K, Budi Utomo. Dia menginginkan pemindahan atau relokasi bisa dilakukan namun masih berada di kawasan Pasar Klewer. “Jika tempat relokasi jauh dari pasar induk, bisa membunuh karakter pedagang. Pada prinsipnya kami siap diatur tapi tolong jangan digusur,” timpal Budi kepada Solopos.com.

Menurut Budi, rencana Pemkot untuk merevitalisasi Pasar Klewer tak jadi soal. Tetapi, dia menghendaki pedagang oprokan maupun PKL yang berjumlah sekitar 800-an orang bisa diakomodasi dengan baik. “Artinya kami siap dibuatkan tempat baik los maupun kios. Masalah retribusi, Pemkot pasti tahu sendiri kemampuan PKL,” terangnya.

Dalam kesempatan itu, Fatimah yang menjabat Ketua Kelompok 8 P4K, menegaskan penataan pedagang di Pasar Klewer dilakukan secara menyeluruh. Dia meminta kepada anggota DPRD Kota Solo untuk membedakan permasalahan PKL di Banjarsari dengan PKL di Pasar Klewer.

“PKL di Monumen Banjarsari berjualan di pinggir jalan sehingga mengganggu arus lalu lintas. Hla kami berjualan masih di Pasar Klewer, kan tidak mengganggu pengguna jalan. Maka, kami minta anggota dewan supaya melihat masalah relokasi PKL dengan hati yang jernih, jangan asal ngomong,” jelasnya.

Fatimah menerangkan pada prinsipnya pedagang oprokan tidak menghalangi langkah Pemkot dalam penataan Pasar Klewer yang lebih baik. Hanya saja, dia berharap jangan sampai ada salah satu pihak yang merasa dirugikan. “Persoalan ini akan kami sampaikan kepada anggota. Dalam waktu dekat, kami akan ngluruk ke kantor DPRD Kota Solo guna menyuarakan aspirasi PKL,” tegasnya.

Seperti diketahui, kalangan DPRD Kota Solo menginginkan dibangunnya Pasar Klewer II. Pasar tersebut dibangun untuk menampung pedagang oprokan dan renteng yang berjualan di area Pasar Klewer.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya