SOLOPOS.COM - Pasar Klewer (JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)

Pasar Klewer (JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)

SOLO–Paparan hasil uji publik studi kelayakan atau feasibility study (FS) yang dihadiri puluhan pedagang Pasar Klewer, budayawan, akademisi, perwakilan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Pemerintah Kota Solo belum menemukan titik terang alias deadlock.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sebab, masih banyak persoalan dari pedagang dan akademisi yang mempertanyakan keabsahan FS dan hal itu belum terjawab secara lengkap.

Pemaparan dengan agenda public hearing disampaikan juru bicara pemenang lelang revitalisasi Pasar Klewer yakni PT Proporsi, Adi Sakti. Dalam pertemuan itu, Adi menjabarkan kesimpulan sementara bangunan Pasar Klewer perlu dibongkar. Hal itu, menurutnya, dilihat dari berbagai permasalahan meliputi overload pedagang, sirkulasi udara di dalam pasar, kesemrawutan parkir di area Pasar Klewer.

“Paparan ini merupakan serangkaian dari rencana revitalisasi Pasar Klewer yang dimulai dari penyusunan FS, Amdal, Amdal Lalin dan Detail Engineering Design (DED),” jelas Adi di Ramayana Resto, Sabtu (15/9/2012).

Adi menjelaskan penyusunan FS memertimbangkan aspirasi pedagang baik yang tergabung dalam Himpunan Pedagang Pasar Klewer (HPPK), Komunitas Pedagang Pasar Klewer (KPPK) dan Paguyuban Pedagang Pelataran Pasar Klewer (P4K).

“Bahkan aspirasi dari pembeli kita tampung. Semua pendapat menjadi pertimbangan kami dalam penyusunan FS ini,” jelas Adi.

Dalam kesempatan itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Solo, Anung Indro Susanto mengatakan, secara keseluruhan pembuatan dokumen perencanaan FS dan DED menghabiskan anggaran senilai Rp1,250 miliar.

“Anggaran ini keluar dari dukungan Pemkot dan DPRD Kota Solo. Pertanggungjawaban harus sudah selesai pada 2012,” paparnya.

Setelah mendengar pemaparan di atas, perwakilan pedagang dan akademisi membeberkan perihal dampak lingkungan dan persoalan tempat relokasi. Pembahasan itu sempat memanas. Para pedagang yang tidak setuju revitalisasi berteriak saat tim FS memberi penjelasan.

Seorang pedagang, Firman, menegaskan hasil FS lemah secara metodologi.

“Untuk melakukan pembongkaran sebuah pasar memerlukan metode yang matang. Perlu dipikirkan dampak lain dari revitalisasi tersebut. Hasil FS ini ada semacam penggiringan opini dan permainan politik. Apalagi terburu-buru membahas DED, langkahnya masih jauh,” tegas Firman dari perwakilan HPPK.

Menurutnya, selama lima tahun Pasar Klewer belum pernah menerima dana bantuan dari Pemkot Solo untuk kepentingan infrastruktur pasar tersebut. Padahal, menurutnya, pedagang selalu memenuhi kewajiban dengan membayar retribusi tiap hari.

“Berarti ada hak-hak pedagang yang dirampas. Perlu ditata manajemen dulu, jangan asal bongkar. Revitalisasi pasar bukan menyelesaikan masalah overload dan kesemrawutan parkir, namun ada 15.000 orang yang terlibat dalam pasar ini yang perlu dipikirkan. Bagaimana nanti mereka saat direlokasi dan persoalan lainnya. Karena ini menyangkut hajat hidup orang banyak,” jelas Firman.

Sementara itu, Ketua KPPK, Suhardi menerangkan sudah sepatutnya Pasar Klewer direnovasi total. “Apa yang disampaikan tim FS sudah benar. Pedagang mengeluh soal parkir dan overload, oleh karena itu jangan menunggu lama dalam revitalisasi Pasar Klewer,” jelas Suhardi.

Menanggapi hal tersebut, Anung menjelaskan FS tetap berjalan sesuai amanat Perda.

“Adanya kritikan dari berbagai kalangan bukan berarti FS dihentikan. Dari PT Proporsi akan melengkapi dengan kajian yang telah disempurnakan. Ya, mungkin pekan depan sudah selesai. Akan ada pertemuan berikutnya,” pungkas Anung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya