SOLOPOS.COM - Para pemain film NKCTHI (Solopos/Ika Yuniati)

Solopos.com, SOLO – Film adaptasi novel Marchella FP berjudul Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (NKCTHI) benar-benar menguras energi. Alur ceritanya seolah mengajak penonton melewati lorong waktu.

Melihat ruang-ruang kosong dalam rumah kecil bernama keluarga. Semuanya menyimpan luka, baik orangtua, maupun anak-anaknya. Mereka saling menahan hingga akhirnya meledak dalam amarah. Angkasa si anak pertama, Aurora si anak tengah, dan Awan si anak terakhir menjadi tokoh utama.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Warga Solo Makin Melek Digital, Ini Buktinya

Ekspedisi Mudik 2024

Angkasa tertekan karena sebagai tumpuan keluarga, Aurora terabaikan, sedangkan Awan bingung tidak dipercaya menentukan hidupnya sendiri. Perjalanan menuju ‘pulang’ itu terjal dan berliku. Mereka jatuh bangun dan saling menyemangati untuk kembali berdiri.

Beberapa qoute motivasi dipilih sebagai kalimat dialog. Uniknya, quote tersebut tak sekadar pemanis film yang menguatkan para pemain. Tapi juga tertransfer sebagai afirmasi positif kepada para penonton.

Misalnya; selalu ada yang pertama dalam segala hal termasuk gagal, kalau katanya usahamu sia-sia tenang kerikil yang dilempar pun bisa jadi gelombang, bahagia itu kuasamu, atau enggak semuanya harus ada jawabannya sekarang.

Filmnya sangat sentimentil dengan pendekatan psikologis. Tak hanya akting para pemain yang memukau. Sang sutradara Angga Dwimas Sasongko memilih satu tone warna yang sama di setiap adegan. Sehingga menimbulkan kesan hangat serta meneduhkan.

Perdana, Jeep Rubicon Bupati Karanganyar Dibawa Saat Rapat Paripurna

Angga menilai film ini sebagai karya yang sangat personal. Menurutnya karakter dalam film tersebut mewakili perasaan semua orang. “Misalnya ayah ‘tua’ yang takut kehilangan anak-anaknya itu seperti saya. Saya punya ketakutan nantinya kalau tua juga seperti dia. Angkasa mewakili semua anak pertama di dunia ini. Aurora mewakili anak tengah. Awan mewakili anak terakhir. Film ini seperti healing,” kata Angga, Selasa (24/12/2019).

Konsep healing tersebut didukung dengan pemilihan soundtrack. Mereka menggunakan lagu musikus yang tengah jadi primadona karena mengampanyekan isu mental health, yaitu Secukupnya – Hindia, Rehat – Kunto Aji, dan Untuk Hati yang Terluka – Isyana Sarasvati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya