SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Reuni, temu kangen, kangen-kangenan, atau apapun istilah yang dipakai, lazim menunjuk kepada acara yang mempertemukan kembali teman sekolah, kawan seperjuangan setelah berpisah cukup lama.

Jauh-jauh hari sebelum acara berlangsung, surat pembaca berbagai media mengabarkan sekaligus mengundang siapapun yang termasuk dalam kawanan yang dimaksud untuk berkontak dan hadir. Jika reuni teman sekolah, jamak terjadi reuni digelar di sekolah dan menghadirkan para guru yang pernah mengajarnya. Masih adakah kegunaan reuni?

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Jaringan pertemanan sosial telah memungkinkan banyak orang terhubung kembali dengan orang-orang yang pernah dekat dalam hidupnya di masa lalu. Facebook telah menyelenggarakan reuni setiap saat.

Apa gunanya pula kalau ada reuni yang hanya mengumpulkan sebagian orang dari yang seharusnya lebih banyak lagi. Artinya, reuni hanya mau mengulangi kolektivisme eksklusif di masa lalu. Ungkapan lugas yang patut pula didengarkan bahwa reuni hanyalah untuk mereka yang ‘menang’ atau sukses, yang merasa belum berhasil hanyalah menghadirkan luka baru.

Tidak gampang merangkul hati yang merasa kalah. Di sisi lain, ada bangunan baru, ada fasilitas baru, pun ada sumbangan dana usai reuni digelar di sekolah. Tentu saja hal tersebut terjadi untuk sekolah-sekolah yang para lulusannya terhitung sukses dalam hal fi nansial dan berkedudukan di pemerintahan.

Sebaliknya, hal yang sama mustahil terjadi untuk sekolah yang para lulusannya tak jauh dari kehidupan biasa-biasa saja. Bahkan terjadi reuni sebuah sekolah dasar di satu desa, reuni sekedar untuk mengumpulkan bantuan demi guru yang memasuki usia senja dan tidak dalam keadaan yang sehat.

Betapa untuk itu hanya terkumpul ratusan ribu dalam hitungan jari tangan. Kegunaan reuni tentu saja lebih dari sekedar urusan fi sik persekolahan atau urusan duit.

Bagi saya, reuni menjadi sebuah wisata batin ke masa lalu dan membangkitkan ingatan-ingatan lama tentang segala hal yang dulu mungkin menjadi pencetus dari satu atau beberapa pola kehidupan di masa kini. Tak jarang pola-pola bertindak di masa kini diperoleh dari para guru di masa lalu.

Tidak sedikit pula cara berpikir yang selalu dianutnya berasal dari sejumlah teman semasa sekolah. Tak jarang kekaguman akan sosok di masa lalu menjadikan seseorang menjalani hidup dengan penuh percaya diri.

Kenangan akan masa lalu itulah yang tidak bisa digantikan oleh jaringan pertemanan yang tidak bersemuka. Kehadiran guru bukan untuk dijadikan bahan olok-olokan. Kesempatan reuni acap dimanfaatkan untuk mengingat kembali yang diteladankan oleh guru.

Betapa nyata pendapat Pater Hans-Kolvenbach bahwa para siswa tidak mengingat pelajaran yang diberikan gurunya, tetapi yang dilakukan oleh gurunya. Para murid tentu saja mengingat yang dilakukan oleh guru karena gurulah yang menjadi saksi-saksi hidup dengan keteladanan yang diberikannya.

Adakah nilai penting sebuah reuni para bekas siswa? Kini banyak sekolah telah menghadirkan alumninya sebagai bagian pengembangan kependidikan. Tak jarang reuni justru dijadikan ajang ilmiah berbagi pemikiran tentang kemajuan pendidikan.

Sebaliknya, para alumni tidaklah terpisah begitu saja setelah lulus. Sekolah masih bertanggung jawab melakukan pendidikan berkelanjutan. Kesempatan reuni menjadi forum menimba kembali spirit yang dihidupi dan diperjuangkan oleh sekolah untuk para lulusannya.

St. Kartono
Guru SMA De Britto, Jogja

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya