SOLOPOS.COM - Truk besar beroperasi di Pasar Besi, Semanggi, Pasar Kliwon, Solo, Selasa (30/8/2016). Pedagang Pasar Besi yang rata-rata menempati kios berukuruan besar keberatan dengan penerapan tarif retribusi baru. (Irawan Sapto Adhi/JIBI/Solopos)

Retribusi Solo, Pemkot tak beri dispensasi, pedagang Pasar Besi mengancam tak bayar retribusi.

Solopos.com, SOLO–Pedagang Pasar Besi mengancam tidak akan membayar retribusi apabila Pemerintah Kota (Pemkot) Solo tidak memberikan dispensasi dengan menurunkan retribusi layanan persampahan/kebersihan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ketua Paguyuban Gotong Royong Pedagang Pasar Besi, Bambang Susilo, mengatakan rasa keberatan pedagang Pasar Besi terkait kenaikkan tarif retribusi baru telah disampaikan kepada Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo melalui surat yang dikirim ke Balai Kota Solo pada Senin (29/8/2016) siang. Dia menceritakan setelah mengirim surat tersebut, perwakilan pedagang diminta kembali lagi ke Balai Kota untuk menemui Kepala Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) Solo Subagiyo.

Namun, menurut Bambang, pertemuan dengan Subagiyo pada Senin sore belum memberikan ketenangan bagi pedagang. “Pertemuan kemarin [Senin] belum ada solusi. Kami belum mau bayar retribusi. Kami tunggu dulu kebijakan Pak Wali. Kami sudah mengirimkan surat. Semoga Pak Wali memahami kondisi kami dan memberikan solusi terbaik untuk pedagang Pasar Besi,” kata Bambang saat berbincang dengan Solopos.com, Selasa (30/8/2016) pagi.

Bambang menegaskan pedagang Pasar Besi keberadatan dengan tarif retribusi baru yang mengacu pada Peraturan Daerah (Perda) No. 5/2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah No. 9/2011 tentang Retribusi Daerah. Berdasarkan Perda No. 5/2016, pedagang yang menempati kios wajib membayar retribusi pelayanan persampahan/kebersihan Rp100 per meter per hari. Sebelumnya, tarif retribusi persampahan hanya Rp10 per meter per hari.

“Kami keberatan dengan penerapan tarif retribusi sesuai Perda baru. Kami meminta keringanan kepada pemerintah agar menurunkan tarif retribusi atau kalau bisa menghapus sekalian tarif retribusi layanan persampahan atau kebersihan. Kami terpaksa belum bisa membayar retribusi dengan tarif baru per 1 September mendatang. Kami menanti dispensasi dari pemerintah,” ujar Bambang.

Bambang mengatakan kondisi ekonomi pedagang Pasar Besi sedang lemah. Menurut dia, harga besi sekarang turun dari Rp4.000 per kilogram (kg) menjadi Rp2.300-Rp2.400 per kg. Selain harga besi yang turun, Bambang menyebut, pedagang Pasar Besi juga sedang dihadapkan dengan persoalan sulitnya mendapatkan barang dagangan. Pedagang khawatir ke depan tidak mampu membayar retribusi dengan tarif baru.

“Pedagang Pasar Besi keberatan membayar retribusi baru karena menggunakan kios besar, bahkan ada yang mencapai luas 750 meter persegi. Kondisi kami berbeda dengan pedagang di pasar lain yang menempati kios kecil sehingga tidak dikenakan tarif tinggi. Barang dagangan kami besar-besar. Ada besi dari pabrik, rangka bus, dan barang lainnya. Kalau kios di Pasar Besi kecil, kami tidak bisa beroperasi. Kami tidak bisa simpan barang-barang,” jelas Bambang.

Sebelumnya, Kabid Pendapatan DPP Solo, Sigit Prakoso yang hadir dalam pertemuan dengan ratusan pedagang Pasar Besi mewakili Kepala DPP Solo Subagiyo, Jumat (26/8/2016) pagi, mengatakan pedagang Pasar Besi mesti membayar retribusi dengab tarif sesuai Perda No. 5 tahun 2016. Dia mempersilakan pedagang mengirim surat keberatan kepada Wali Kota Solo apabila merasa tarif retribusi baru terlalu tinggi. Sigit menegaskan penghitungan tarif retribusi mengusung asas kemanfaatan.

“Kalau kios luas, bayarnya ya beda. Manfaatnya kan lebih besar. Kalau kios dengan luas dua meter kan lain. Karena sudah menjadi ketentuan maka harus ditaati. Bukan hanya pedagang Pasar Besi tapi juga pedagang pasar lain. Sekarang hitungannya per meter. Karena sudah ada SHP-nya jadi semuanya menyesuaikan perda. Tidak menggunakan karcis, termasuk Pasar Mebel yang pernah kebakaran. Setelah pemeriksaan BPK harus pakai kartu,” papar Sigit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya