SOLOPOS.COM - Ilustrasi sungai tercemar sampah. (JIBI/Solopos/Dok.)

Restorasi Sungai di Boyolali akan dimulai dari Kali Gede Kridanggo dan Sungai Sungsang di Desa Bendan.

Solopos.com, BOYOLALI — Proyek besar restorasi sungai di Boyolali bakal dimulai dari Kali Gede Kridanggo Boyolali Kota dan Sungai Sungsang yang ada di wilayah Desa Bendan, Kecamatan Banyudono.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Ke depan, restorasi sungai akan mengarah ke Kali Pepe yang bermuara di wilayah Kecamatan Ngemplak mengingat Kali Pepe sering menjadi pemicu banjir di sekitar aliran Sungai Bengawan Solo, mulai dari Kota Solo hingga wilayah Ngawi Jawa Timur.

Proyek restorasi sungai di Boyolali kini dimulai dengan pembentukan komunitas dan relawan sungai oleh tim fasilitator Sekolah Sungai Boyolali.

Salah satu anggota fasilitator Sekolah Sungai, Agung Nugroho, menjelaskan visi restorasi sungai di Boyolali adalah mewujudkan sungai terbersih sedunia pada tahun 2045.

“Selain itu bertujuan memulihkan ekosistem sungai dan mewujudkan pengelolaan sungai yang berbasis mitigasi bencana,” kata Agung, di sela-sela Pembentukan dan Pengembangan Komunitas Sungai yang diselenggarakan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali dan Gerakan Pengurangan Risiko Bencana Boyolali, Rabu (28/9/2016).

Menurut Agung, bencana alam yang sering terjadi tak pernah jauh dari sumber sungai dan drainase. Di Boyolali, bencana banjir jarang terjadi kecuali di wilayah Ngemplak. Namun, Boyolali juga harus memikirkan wilayah sekitarnya terutama Solo yang menjadi muara aliran air dari sungai-sungai yang ada di Boyolali.

“Tadi malam hingga pagi ini [kemarin] hujan tidak berhenti hampir 12 jam. Beruntung siang surut, coba kalau sampai 24 jam, semua BPBD di Soloraya pasti mulai siaga.”

Selain sebagai upaya mitigasi bencana, restorasi sungai bertujuan untuk mengurangi pencemaran sungai, mengembangkan sungai sebagai tempat wisata pertunjukan seni dan pusat kegiatan ekonomi, sebagai sarana belajar dan penelitian, serta menumbuhkan gemar menanam di tanggul luar sungai.

Komunitas sungai yang ada di Boyolali akan mencontoh restorasi Kali Code yang ada di Jogja.

“Di Boyolali banyak sekali sungai yang punya potensi wisata, misalnya Kali Cebong Kiringan dan aliran Semuncar di Pantaran, Ampel. Sayangnya semua potensi itu belum dikembangkan secara optimal.”

Agung berharap rintisan komunitas sungai dan Sekolah Sungai mendapat respons dari pemerintah untuk melahirkan kebijakan-kebijakan yang mendukung restorasi sungai.

Kepala BPBD Boyolali, Nur Khamdani, menjelaskan proyek restorasi yang sedang dirintis sejumlah kelompok sukarelawan bertujuan mewujudkan kondisi sungai yang ideal dan bermanfaat.

“Gerakan restorasi dan bersih-bersih sungai sudah difasilitasi BNPB untuk dilaksanakan di seluruh kabupaten kota yang ada di Soloraya. Boyolali segera melaksanakan gerakan itu dengan dimulai dari Kali Gede dan Sungai Sungsang,” kata Nur.

Gerakan bersih-bersih dua sungai ini akan dilaksanakan Oktober. “Ini baru gerakan awal dan harapannya nanti bisa menjangkau seluruh sungai, terutama Kali Pepe di Ngemplak,” ujar dia.

Seperti diketahui, Kali Pepe sering menyebabkan banjir di Desa Kismoyoso, Sawahan, dan Pandeyan. Banjir terjadi saat elevasi Sungai Bengawan Solo meningkat sehingga air tidak bisa mengalir ke muaranya sehingga membuat genangan di wilayah Ngemplak.

Nur Khamdani juga berharap gerakan restorasi ini bisa dilaksanakan oleh masyarakat di sekitar aliran sungai. “Seluruh camat dan kades nanti harus ikut membuat gerakan bersih-bersih desa kalau perlu akan kami buatkan surat edaran.”

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya