SOLOPOS.COM - Demontrasi pembuatan kain tenun Lurikita, dalam acara Solo Art Market, di jalur pedestrian, Jl. Diponegoro, Ngarsapura, Solo, pada Minggu (4/6/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLO — Warga Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten, Titah Siwi, 30, sukses menjalani bisnis di bidang fesyen setelah sebelumnya resign dari pekerjaan lamanya sebagai  karyawan bank swasta.

Semangat menjalani bisnis baru itu berawal dari melihat tetangganya banyak yang menjadi penenun lurik. Warga di sekitar Cawas yang mayoritas petani biasanya fokus menenun lurik setelah musim tanam.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Hasilnya kemudian dijual ke sejumlah pasar tradisional di Solo dan Yogyakarta.

Melihat potensi ini, Titah mengaku tertarik mengembangkannya. Apalagi banyak penenun lurik di daerahnya yang belum merambah ke pemasaran digital. Padahal, saat ini banyak anak muda menggemari kain tradisional tersebut.

Sementara, anak muda di desanya banyak yang memilih merantau setelah lulus sekolah ataupun kuliah. Seperti Titah yang sempat bekerja di salah satu bank swasta di Jakarta.

“Saya [dulu] kerja di bank swasta di jakarta terus saya lelah ketika kerja. Berangkat jam 5 pagi pulang jam 10 malam setiap hari, kadang weekend. Saya resign, kemudian berpikir apa yang bisa gaji saya gede, enggak ada, kemudian saya pulang,” ujar Titah saat ditemui Solopos.com dalam acara Solo Art Market, di jalur pedestrian, Jl. Diponegoro, Ngarsapura, Solo, pada Minggu (4/6/2023).

Titah pernah memulai fesyen tenun pada 2016, namun ia vakum karena harus bekerja di Jakarta.

Selanjutnya, pada 2019 ia mencoba jualan lagi dan berhasil sampai sekarang. Kala itu, ia sempat riset sejumlah kain tenun lain misalnya Lombok, Bali, dan Sumbawa Barat.

Saat ini, Titah berhasil mengreasikan tenun khas Cawas menjadi aneka produk fesyen, seperti baju, topi, pouch, scraft, sajadah, bandana, outer, dan vest.

Tak hanya berjualan, Titah juga ingin membawa semangat edukasi soal pelestarian wastra Nusantara tenun kepada anak muda. “Biar lebih keren di mata anak muda, selama ini tenun digunakan untuk acara-acara resmi formal dan pemerintah,” papar Titah.

Melalui merek Lurikita, Titah menjual produk kain tenunnya mula Rp200.000. Harga tersebut menurutnya sesuai dengan proses pembuatan kain tenun yang cukup rumit.

Pembuatan  dengan memakai alat tenun bukan mesin (ATBM) bisa memproduksi 100 meter dalam sebulan. Proses tersebut belum termasuk proses pewarnaan benang dan penataan motif.

Ia memasarkan produknya secara online melalui Instagram dan dengan cara konsinyasi. Produknya laris manis di seluruh Indonesia. Ia mengklaim turis asing yang menetap di Indonesia juga meminati produk miliknya.

“Beberapa pembeli mengatakan kreasi tenun buatannya bagus dan mahal,” klaimnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya