SOLOPOS.COM - Agung Vendi Setyawan (solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Kerenkah  ketika anak-anak menyanyikan lagu Mangku Purel? Menurut saya, bikin ngelus dhadha. Banyak anak zaman sekarang justru hafal dan cakap menyanyikan lagu-lagu yang tak sesuai dengan umur mereka. Kini zaman resesi lagu anak-anak.

Peringatan Hari Musik Nasional 9 Maret 2023 yang mengusung tema Musik Indonesia Keren mengingatkan pada pekerjaan besar sektor musik untuk anak-anak. Lebih keren ketika lagu anak-anak kembali membumi dan menjadi teman setia anak-anak Indonesia. Kuantitas dan promosi lagu anak-anak perlu ditingkatkan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Era 1990-an adalah masa emas lagu anak-anak. Stasiun televisi milik pemerintah maupun swasta berlomba-lomba menyuguhkan acara musik untuk anak-anak. Acara musik seperti Panggung Hiburan Anak-anak (TVRI), Tralala Trilili (RCTI), Ciluk Baa (SCTV), Kring Kring Olala (TPI) begitu akrab di hati anak-anak.

Beberapa artis cilik, seperti Maissy, Enno Lerian, Joshua Suherman, Tasya, Agnes Monica, Okky Lukman, Leony, Dhea Ananda, dan Alfandy yang tergabung dalam grup Trio Kwek-Kwek sukses dan menjadi idola anak-anak.

Ekspedisi Mudik 2024

Lirik lagu sederhana dengan kemasan musik yang khas. Intensitas pemutaran dan produksi lagu anak-anak pada era 1990-an begitu besar. Lagu-lagu karya Ibu Sud dan Papa T. Bob familier di telinga anak-anak saat itu. Saat ini eksistensi lagu anak bergeser, seolah-olah berubah 1800.

Bak dunia terbalik. Anak zaman now lebih suka dan fasih menyanyikan lagu-lagu unruk orang dewasa bernuansa cinta, patah hati, bahkan dengan lirik yang tabu bagi usia mereka. Hal tersebut menjadi fenomena dan pekerjaan besar.

Anak-anak belum tentu paham maksud lagu (untuk orang dewasa) yang mereka dengarkan dan mereka nyanyikan. Kalau mereka paham, menjadikan pemikiran mereka dewasa sebelum waktunya. Ibarat “kebrongot” saat membakar jagung. Terlihat gosong dari luar, namun sebenarnya belum matang.

Perkataan dan tingkah laku anak-anak sekarang sudah seperti orang dewasa, namun dalam segi olah rasa dan pikir belum sepenuhnya matang. Perkembangan teknologi komunikasi dan media sosial tak dapat disalahkan. Kreativitas bermusik membumikan kembali lagu anak-anak justru yang sangat perlu dilakukan.

Psikolog berkebangsaan Amerika Serikat, Howard Gardner, menyatakan setiap orang memiliki aspek intelegensi linguistik dan musikal. Aspek intelegensi linguistik yang berhubungan dengan kepekaan terhadap suara, ritme, makna kata-kata, dan ragam fungsi bahasa. erat kaitannya dengan aspek musikal.

Aspek musical adalah yang berhubungan dengan kemampuan seseorang menghasilkan dan mengekspresikan ritme, nada, dan berbagai bentuk ekspresi musik. Kedua aspek ini saling berkaitan, terutama pada aktivitas bernyanyi. Kedua aspek tersebut dapat diarahkan, diasah, dan dikembangkan apabila ditangani dengan baik.

Saat anak-anak bernyanyi, mereka terdidik dan tertanam berbagai karakter dalam diri mereka. Bernyanyi menjadi cara cepat untuk menanamkan karakter, mengembangkan kreativitas, peduli terhadap lingkungan, dan beberapa sikap positif lainnya kepada anak.

Sebagai contoh, lagu Lihat Kebunku karya Ibu Sud yang bernama asli Saridjah Niung. Lagu tersebut mengajarkan tentang nilai-nilai estetika dan pentingnya karakter peduli terhadap lingkungan sekitar agar tetap asri dan lestari.

Dunia musik adalah dunia yang dekat dengan anak. Sayang jika membiarkan anak-anak teracuni musik dengan lirik yang tak pantas dengan usia dan perkembangan mereka. Bermusik menjadi salah satu cara menanamkan karakter baik sejak dini.

Sariswara

Karakter baik yang kuat akan menjadikan anak dapat berkembang dengan baik pada masa depan, baik secara fisik, mental, dan kecerdasan. Usia dini merupakan usia keemasan (golden age). Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hadjar Dewantara telah mewariskan metode mendidik yang tak lepas dari bermusik, yakni metode sariswara.

Pendiri Tamansiswa tersebut mewariskan cara mendidik dengan menggabungkan tiga pelajaran, yakni bahasa, lagu, dan cerita. Metode tersebut mampu mendidik anak langsung pada rasa (olah rasa). Bahasa/sastra yang bermakna akan memengaruhi watak dan budi pekerti anak. Begitu pula cerita yang akan menuntun anak dalam bersikap agar terbentuk karakter yang baik.

Pemilihan lagu yang tepat untuk anak akan membantu merangsang pertumbuhan otak. Kecerdasan otak akan optimal dan berfungsi dengan baik salah satunya dengan dirangsang melalui kegiatan mendengarkan musik dan bernyanyi. Bermusik dapat mempercepat perkembangan otak anak agar mampu berbahasa dan terampil membaca. Hal ini berdasarkan penelitian pada 2016 oleh University of Southern California’s Brain and Creativity Institute, Amerika Serikat.

Mendengarkan lagu akan mempertajam daya ingat dan membangkitkan perasaan, terlebih nada-nada yang didengar bernuansa ceria. Keluarga menjadi tempat pertama dan utama dalam mendidik anak. Orang tua perlu kreatif dalam mengarahkan anak-anak mereka agar menjadi sosok yang berakhlak baik.

Salah satunya dengan tidak membiarkan anak-anak terbiasa mendengarkan lagu-lagu untuk dewasa. Alangkah bijak orang tua memiliki waktu luang untuk bercengkrama dan bermain bersama anak-anak dengan ditemani alunan lagu sesuai usia mereka.

Anak-anak dibimbing bernyanyi dan mengartikan kata demi kata lirik lagu yang mereka dengarkan dan mereka nyanyikan. Cara ini dapat menjadikan anak mengolah rasa sekaligus mengasah bakat di bidang tarik suara. Terlebih jika dalam diri anak telah ada bakat di bidang olah vokal.

Sekolah yang menjadi rumah kedua anak-anak juga perlu ikut serta dalam membumikan lagu anak-anak. Kurikulum Merdeka memberikan kemerdekaan sekolah dalam memilih cabang seni untuk diajarkan lebih mendalam. Salah satunya seni musik. Keterbatasan alat dan kemampuan guru dalam bermusik bukanlah halangan.

Diperlukan kreativitas guru mendesain pembelajaran seni musik agar kemampuan anak-anak terasah. Membiasakan bernyanyi setiap hari, pada awal, akhir, maupun di sela-sela pembelajaran adalah solusinya. Lagu yang dinyanyikan bukan sebatas lagu-lagu wajib nasional atau lagu-lagu daerah.

Guru dapat menerapkan metode sariswara dengan mencipta lagu sendiri berisikan materi pelajaran atau nilai-nilai kehidupan. Sebagai contoh, merakit kata menjadi salah satu tembang macapat yang sarat pitutur luhur. Cara ini juga dapat mendidik anak-anak cinta sekaligus ikut melestarikan warisan leluhur agar tidak hilang ditelan zaman.

Pembiasaan memutar lagu anak-anak di sekolah seperti saat jam istirahat melalui pengeras suara perlu dilakukan. Secara tidak langsung, kebiasaan ini dapat menepis kebiasaan mereka menyanyikan lagu-lagu yang tidak pas dengan usia mereka. Membumikan lagu anak-anak agar kembali berjaya adalah pekerjaan semua pihak.

Pemerintah dan pelaku bisnis di dunia hiburan musik Indonesia perlu membangun sinergi yang baik. Reformasi dalam produksi lagu anak yang mendidik perlu dilakukan. Acara-acara musik ramah anak perlu diperkaya. Jangan biarkan lagu anak-anak semakin tergeser dan hilang tak berbekas. Musik Indonesia semakin keren ketika lagu anak-anak kembali menjadi teman bermain dan belajar anak-anak.



(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 15 Maret 2023. Penulis adalah guru di SDN Punduhsari, Manyaran, Wonogiri, Jawa Tengah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya